KUMPULAN KTI KEBIDANAN DAN KTI KEPERAWATAN

Bagi mahasiswi kebidanan dan keperawatan yang membutuhkan contoh KTI Kebidanan dan keperawatan sebagai rujukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah bisa mendapatkannya di blog ini mulai dari BAB I, II, III, IV, V, Daftar Pustaka, Kuesioner, Abstrak dan Lampiran. Tersedia lebih 800 contoh kti kebidanan dan keperawatan. : DAFTAR KTI KEBIDANAN dan KTI KEPERAWATAN

Pengaruh Metode Massage Terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri Pada Persalinan Kala I

Rabu, 29 Februari 2012


A.        Nyeri Persalinan

Nyeri selama persalinan adalah satu hal yang membuat wanita merasa cemas. Banyak wanita menganggap bahwa nyeri merupakan bagian besar dari proses kelahiran. Nyeri saat persalinan merupakan proses yang fisiologis meskipun pada tipe nyeri yang lain selalu disebabkan oleh suatu kecelakaan atau penyakit ( Kinney, 2002).
Nyeri persalinamerupakan pengalamasubjektif tentang  sensasfisik  yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008).
Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi Braxton hicks akibat perubahan-perubahan  dari  hormon  estrogen  dan  progesteron  tetapsifatnya  tidak teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan kekuatan kontraksi Braxton  hicks  ini akamenjadi kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya teratur. Kadang kala tampak keluarnya cairan ketuban yang biasanya pecah menjelang pembukaan  lengkap,  tetapi  dapat                         juga  keluar  sebelum  proses  persalinan.  Dengan pecahnya  ketubadiharapkan  persalinadapat  berlangsung  dalam  waktu  24  jam (Gadysa, 2009).
Nyeri menurut kebanyakan ahli, sebagai suatu fenomena misterius yang tidak dapat didefinisikan secara khusus. Menurut Brunner dan Suddart  pengertian nyeri dalm
kebidanan adalah sesuatu yang dikatakan oleh pasien, kapan saja adanya nyeri tersebut.
Sedangkan Wolf Firest (dalam Depkes RI, 1997) mendefinisakan nyeri sebagai suatu perasaamenderita secara  fisidamental ataperasaayandapat  menimbulkan ketegangan. Menurut Arthur Custon (Depkes RI, 1997), nyeri adalah suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul bilamana jaringan sedang dirusakkan dan menyebab individu bereaksi untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri.
Ada tiga macam teori nyeri yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.      Teori  pola  (Pattern  Theory)  adalah  rangsangan  nyeri  masuk  melalui  akar gangliondorsal medulla spinalis dan rangsangan aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang kebagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebri dan menimbulkan persepsi, lalu otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
2.      Teori pemisahan (specificity theory) menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke pinal cord melalui dorsalis yang bersinaps didaerah posterior kemudian naik ke traktus hemifer dan menyilang ke garis media ke sisi lainnya dan berakhir di korteks selebri, dimana rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
3.      Teori pengendalian gerbang (gate control theory) yang dikemukakan oleh Melzak dan Wall. Teori ini lebih komprehensip dalam menjelaskan tranmisi dan persepsi nyeri. Rangsangan atau impuls nyeri yang disampaikan oleh syaraf perifer aferen ke korda spinalis dapat dimodifikasi sebelum tramisi ke otak. Sinaps dalam dorsal medulla spinalis beraktifitas seperti pintu untuk mengijinkan impuls masuk ke otak. Kerja kontrol gerbang ini menguntungkan dari kerja serat saraf besar dan kecil         yang           keduanya               berada    dalam   rangsangan    akar    ganglion    dorsalis. Rangsangan pada seraakan meningkatkan aktifitas subtansia gelatinosyang mengakibatka tertutupnypint sehingg katifita se  terhambat      dan
menyebabkan hantaran rasa nyeri terhambat juga. Rangsangan serat besar ini dapat langsung merangsang ke korteks serebri dan hasil persepsinya akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktifitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktifitas substansi gelatinosa dan membuka pintu mekanisme sehingga aktifitas sel T meningkat yang akan menghantarkan ke otak.
4.      Teori tranmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai tranmisi impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif (Hidayat, 2008).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami. Berikut ini merupakan pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri :
1.      Mc.   Coferry  (1979),   mendefinisikan  nyeri  sebagai  suatu  keberadaan  yang mempengaruhi seseorang, yang keberadaan nyeri dapat diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
2.      Wolf  Weifsel  Feurst  (1974),  mengatakan  nyeri  merupakan  suatu  perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
3.      Artur C. Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak sehingga nyeri.
4.      Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional (Hidayat, 2008).



B.        Proses Terjadi Nyeri atau Mekanisme Nyeri

Ada empat tahapan terjadinya nyeri :

1.      Transduksi

Transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat  berupa  stimuli  fisik  (tekanan),  suhu  (panas)  atau  kimi(substansi  nyeri). Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri mempengaruhjuga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut  di atas dan penurunan pH  jaringan.  Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya rabaan.
Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler               yang      menyebabkan                            nyeri         dirasakan                lebih          lama. Rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi membrane reseptor yang kemudian menjadi impuls syaraf.
2.      Transmisi

Transmisi merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf
perifer  melewati  kornu  dorsalis,  dari  spinalis  menuju  korteks  serebri.  Transmisi
sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinaps melewati neurotransmitter.

3.      Modulasi

Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri.
Hambatan   terjadi    melalui    sistem    analgesia    endogen    yang    melibatkan bermacam-macam neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.
4.      Persepsi

Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang  impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan (Wibowo, 2009).

C.        Etiologi Nyeri Dalam Persalinan

Selama persalinan kala satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosiseptor dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis. Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan segmen uterus  bawah,  dengan  distensi  lanjut,  peregangan,  datrauma  pada  serat  otot  dan ligamen  yang  menyokong  struktur  ini.  Bonica  daMcDonald,  (1995),  menyatakan bahwa faktor berikut mendukung teori tersebut :


1.      Peregangan otot  polos telah ditunjukkamenjadi rangsang  pada nyeri  viseral.

Intensitas  nyeri  yang  dialami  pada  kontraksi  dikaitkan  dengan  derajat  dan kecepatan dilatasi serviks dan segmen uterus bawah.
2.      Intensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya tekanan intrauterin yang menambah dilatasi struktur tersebut. Pada awal persalinan, terdapat pembentukan tekanan  perlahan,  dan  nyerdirasakan  kira-kira  20  detik  setelah  mulainya kontraksi uterus. Pada persalinan selanjutnya, terdapat pembentukan tekanan lebih cepat yang mengakibatkan waktu kelambatan minimal sebelum adanya persepsi nyeri.
3.      Ketik serviks  dilatasi  cepat  pada  wanita  yang  tida melahirkan,   mereka mengalami nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus.
Rangsangan persalinan kala I ditransmisikan dari serat eferen melalui pleksus hipogastrik superior, inferior, dan tengah, rantai simpatik torakal bawah, dan lumbal, ke ganglia akar saraf posterior pada T10 sampai L1. Nyeri dapat disebarkan dari area pelvis ke umbilikus, paha atas, dan area midsakral. Pada penurunan janin, biasanya pada kala II, rangsangan ditransmisikan melalui saraf pudendal melalui pleksus sakral ke ganglia akar saraf posterior pada S2 sampai S4 (Patree, 2007).
Nyeri pada tahap I persalinan timbul dari uterus dan adnexa saat berkontraksi, dan hal itu adalah nyeri viseral yang alami. Beberapa kemungkinan mekanisme yang menjelaskan hal ini yaitu: nosiseptif  yanberasal dari uterus telah diajukan namun pengamatan saat ini bahwa nyeri itu lebih banyak dihasilkan akibat dilatasi serviks dan segmen                      bawah      uterus,            dan             mekanisme       distensi                sesudahnya.         Intensitas                nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang dihasilkan uterus yang akan melawan obstruksi yang terjadi, serviks dan perineum mungkin juga berperan terhadap
terjadinya nyeri. Beberapa nosiseptik kemudian berperan dalam terjadinya nyeri, yaitu bradikinin, leokotrin, prostaglandin, serotonin, asam laktat, dan substan P. Bukti yang mendukung tentang nosiseptik yang berasal dari uterus didasarkan pada penelitian, hal ini telah ditinjau kembali secara mendetail oleh Bonica (Idmgarut,  2009).

Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 251