KUMPULAN KTI KEBIDANAN DAN KTI KEPERAWATAN

Bagi mahasiswi kebidanan dan keperawatan yang membutuhkan contoh KTI Kebidanan dan keperawatan sebagai rujukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah bisa mendapatkannya di blog ini mulai dari BAB I, II, III, IV, V, Daftar Pustaka, Kuesioner, Abstrak dan Lampiran. Tersedia lebih 800 contoh kti kebidanan dan keperawatan. : DAFTAR KTI KEBIDANAN dan KTI KEPERAWATAN

Perawatan Paska Operasi Sesaria

Selasa, 30 Oktober 2012

a.  Pemenuhan kebutuhan nutrisi (makan dan minum)

Pemeriksaan organ pencernaan dilakukan enam jam setelah pembedah. Apabila kondisi tubuh ibu baik maka ibu dapat diberi minum hangat sedikit demi sedikit, kemudian secara bertahap dapat minum lebih banyak (terutama apabila pasien menggunakan anastesi regional dan tidak muntah). Namun, pada anastesi total, kembalinya organ pencernaan ke kondisi normal memakan waktu lebih lama. Namun, umumnya pasien sudah dapat minum dan makan makanan lunak pada hari pertama setelah operasi.

Pada bius total, ibu diperbolehkan minum setelah operasi apabila telah berhasil buang gas. Setelah itu, ibu mulai diperbolehkan untuk minum sedikit demi sedikit dan dilanjutkan dengan makan makanan yang  lembut dalam jumlah terbatas. Apabila usus besar  diperkirakan sudah mulai bekerja kembali,  infus  yang  tadinya terpasang  selama pembedahan berlangsung mulai dilepaskan. Pada saat ini, ibu diizinkan untuk minum dan kemudian makan dalam jumlah yang lebih banyak.

Perlu diingat, ketika organ pencernaan belum kembali normal dan ibu merasa haus atau lapar, janganlah sekali-kali melanggar aturan, misalnya dengan makan makanan yang memang belum diizinkan. Perlu diingat, usus besar perlu menyesuaikan diri untuk bisa berfungsi kembali seperti sediakala.  Namun pada umumnya,  pada hari kelima setelah operasi, pasien harus bisa makan makanan biasa (Kasdu, 2003).
Bila pasien tidak diizinkan makan dalam waktu yang lama, dokter akan memerintahkan pemberian makanan melalui parenteral. Biasanya cairan infus itu mengandung asam amino, glukosa dan garam mineral, kadang-kadang diperlukan juga transfusi darah (Oswari, 2000).

Perbaikan jaringan dan resistensi terhadap infeksi bergantung pada nutrisi yang cukup. Pembedahan akan memperbesar kebutuhan nutrisi. Peningkatan protein, vitamin A dan C, serta zat besi akan mempercepat penyembuhan luka. Keadaan malnutrisi cendrung mengalami  penyembuhan  luka  yang  kurang  baik,  penyimpanan  energi  berkurang  dan terjadi infeksi setelah operasi (Potter, 2006).

b.  Luka operasi

Luka perlu ditutup dengan kasa steril, sehingga sisa darah dapat diserap oleh kasa tadi. Dengan menutup luka itu kita mencegah terjadinya kontaminasi (masuk kuman), dan tersenggol. Sehabis operasi,  luka langsung ditutup dengan kasa steril sampai diangkat jahitannya,  kecuali  bila  terjadi  perdarahan  sampai  darahnya  menembus  ke  atas  kasa, barulah diganti dengan kasa steril. Sewaktu mengganti kasa perhatikan betul agar dikerjakan  secara  asepsis  supaya  tidak  terjadi  infeksi.  Jahitan  luka  biasanya  dibuka setengah pada hari kelima dan sisanya dibuka pada hari keenam atau ketujuh, kecuali ada perintah dari dokter (Oswari, 2007).

Ada  beberapa  infeksi  yang  mungkin  terjadi  setelah  persalinan.  Infeksi  yang mungkin terjadi adalah akibat sayatan operasi. Infeksi ini menyebabkan suhu tubuh meningkat. Umumnya, keadaan  ini sering terjadi pada hari pertama postseksio, suhu tubuh tidak juga turun. Biasanya, demam ini baru muncul, pada hari ketiga atau keempat setelah persalinan. Apabila rasa nyeri didaerah bekas sayatan datang terus menerus atau daerah tersebut  memerah,  jika dari bekas sayatan itu keluar cairan, segeralah hubungi dokter karena kemungkinan telah terjadi infeksi.

Namun, demam ini bukan hanya bersumber dari infeksi akibat sayatan operasi, bisa juga karena masalah lain, seperti payudara yang mengencang pada saat air susu pertama kali tidak mengalir atau karena luka pada puting susu yang ditandai dengan kulit payudara menjadi merah serta nyeri jika ditekan dan agak mengeras.

Infeksi lainnya  bisa karena infeksi endometrium,  gejalanya berupa demam dan nyeri  pada  perut  bagian  bawah,  kadang-kadang  cairan  vagina  beraroma  tidak  sedap (Kasdu, 2003).
Resiko terjadinya infeksi   luka   operasi   ditentukan   oleh   jumlah   dan jenis mikroorganisme yang mengontaminasi luka, dan kondisi luka pada akhir pembedahan (Potter, 2006)

c.  Buang air besar dan buang air kecil

Kalau merasa sudah agak kuat, biasanya ibu ingin segera ke kamar kecil untuk buang air kecil. Apabila hal ini berhasil dilakukan, biasanya ibu juga ingin buang air besar di kloset. Sayangnya, melakukan buang air besar untuk pertama kalinya setelah   sesaria biasanya  membutuhkan  usaha  yang  lebih  besar.  Ibu  harus  mengejan  atau  setengah memaksa untuk mengeluarkan isi perut. Padahal, perut masih terasa sakit. Oleh karena itu, janganlah terlalu memaksakan diri.

Pada umumnya, para ibu baru akan buang air besar pada hari ketiga. Biasanya, pada saat awal setelah persalinan, banyak  ibu yang mengalami sembelit.

Namun, banyak wanita menjadi sembelit setelah persalinan karena sejumlah besar cairan hilang dari tubuh, sedangkan dubur menyerap air sebanyak mungkin dari tinja agar cairan tubuh seimbang. Keadaan ini biasanya terjadi pada hari-hari pertama sampai hari kelima setelah operasi   sesaria. Oleh karena itu, kalau mengalami kesukaran melakukan buang air besar, ibu bisa minta obat pencahar. Apabila ibu berhasil buang air besar, berarti ibu telah membuang angin yang tertahan di perut yang menyebabkan perut terasa sakit. Untuk mengatasi sembelit, upayakan untuk mengonsumsi makanan yang berserat tinggi, seperti sereal dan buah-buahan. Sebaliknya menghindari makanan yang bisa memperburuk

keadaan. Banyak minum air serta jus buah juga bisa membantu melunakkan tinja dan melancarkan buang air besar.
Ketika akan operasi,  pengeluaran air  seni pasien akan ditampung  lewat  selang (kateter) yang disambung ke sebuah kantong. Efek pembiusan yang diberikan pada saat melahirkan bisa mempengaruhi kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih. Akibatnya, tidak dapat merasakan apakah kandung kemih sudah penuh atau sudah kosong.

Kateter   untuk membuang air   kecil   akan   terus   digunakan   sampai   sekitar 12-24 jam pascabedah. Namun, apabila warna urin tidak jernih maka pemasangan kateter akan berlangsung lebih lama. Kateter akan dipasang sampai 48 jam atau lebih jika pembedahannya akibat rupture uteri, partus lama atau macet, oedema perineum yang luas dan sepsis puerperalis atau pelvio peritonitis, serta hematuria. Apalagi jika sampai terjadi perlukaan pada kandung kemih, kateter bisa dipasang sampai 7 hari.

Pemakaian kateter ini tidak akan terasa sakit. Namun, rasa sakit akan sangat terasa apabila ibu mengejan, batuk, tertawa atau aktivitas lain yang meninggikan tekanan rongga perut. Demikian juga ketika akan dicabut, timbul sedikit  nyeri di daerah vagina. Pada keadaan normal, yaitu hari kedua setelah operasi, dokter akan memperbolehkan ibu buang air kecil sendiri tanpa bantuan kateter.

Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan