a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi (makan dan minum)
Pemeriksaan organ pencernaan dilakukan enam jam setelah pembedah. Apabila kondisi tubuh ibu baik maka ibu dapat diberi minum hangat sedikit demi sedikit, kemudian secara bertahap dapat minum lebih banyak (terutama apabila pasien menggunakan anastesi regional dan tidak muntah). Namun, pada anastesi total, kembalinya organ pencernaan ke kondisi normal memakan waktu lebih lama. Namun, umumnya pasien sudah dapat minum dan makan makanan lunak pada hari pertama setelah operasi.
Pemeriksaan organ pencernaan dilakukan enam jam setelah pembedah. Apabila kondisi tubuh ibu baik maka ibu dapat diberi minum hangat sedikit demi sedikit, kemudian secara bertahap dapat minum lebih banyak (terutama apabila pasien menggunakan anastesi regional dan tidak muntah). Namun, pada anastesi total, kembalinya organ pencernaan ke kondisi normal memakan waktu lebih lama. Namun, umumnya pasien sudah dapat minum dan makan makanan lunak pada hari pertama setelah operasi.
Pada bius total, ibu diperbolehkan minum setelah operasi apabila telah berhasil buang gas. Setelah itu, ibu mulai diperbolehkan untuk minum sedikit demi sedikit dan dilanjutkan dengan makan makanan yang lembut dalam jumlah terbatas. Apabila usus besar diperkirakan sudah mulai bekerja kembali, infus yang tadinya terpasang selama pembedahan berlangsung mulai dilepaskan. Pada saat ini, ibu diizinkan untuk minum dan kemudian makan dalam jumlah yang lebih banyak.
Perlu diingat, ketika organ pencernaan belum kembali normal dan ibu merasa haus atau lapar, janganlah sekali-kali melanggar aturan, misalnya dengan makan makanan yang memang belum diizinkan. Perlu diingat, usus besar perlu menyesuaikan diri untuk bisa berfungsi kembali seperti sediakala. Namun pada umumnya, pada hari kelima setelah operasi, pasien harus bisa makan makanan biasa (Kasdu, 2003).
Bila pasien tidak diizinkan makan dalam waktu yang lama, dokter akan memerintahkan pemberian makanan melalui parenteral. Biasanya cairan infus itu mengandung asam amino, glukosa dan garam mineral, kadang-kadang diperlukan juga transfusi darah (Oswari, 2000).
Perbaikan jaringan dan resistensi terhadap infeksi bergantung pada nutrisi yang cukup. Pembedahan akan memperbesar kebutuhan nutrisi. Peningkatan protein, vitamin A dan C, serta zat besi akan mempercepat penyembuhan luka. Keadaan malnutrisi cendrung mengalami penyembuhan luka yang kurang baik, penyimpanan energi berkurang dan terjadi infeksi setelah operasi (Potter, 2006).
b. Luka operasi
Luka perlu ditutup dengan kasa steril, sehingga sisa darah dapat diserap oleh kasa tadi. Dengan menutup luka itu kita mencegah terjadinya kontaminasi (masuk kuman), dan tersenggol. Sehabis operasi, luka langsung ditutup dengan kasa steril sampai diangkat jahitannya, kecuali bila terjadi perdarahan sampai darahnya menembus ke atas kasa, barulah diganti dengan kasa steril. Sewaktu mengganti kasa perhatikan betul agar dikerjakan secara asepsis supaya tidak terjadi infeksi. Jahitan luka biasanya dibuka setengah pada hari kelima dan sisanya dibuka pada hari keenam atau ketujuh, kecuali ada perintah dari dokter (Oswari, 2007).
Luka perlu ditutup dengan kasa steril, sehingga sisa darah dapat diserap oleh kasa tadi. Dengan menutup luka itu kita mencegah terjadinya kontaminasi (masuk kuman), dan tersenggol. Sehabis operasi, luka langsung ditutup dengan kasa steril sampai diangkat jahitannya, kecuali bila terjadi perdarahan sampai darahnya menembus ke atas kasa, barulah diganti dengan kasa steril. Sewaktu mengganti kasa perhatikan betul agar dikerjakan secara asepsis supaya tidak terjadi infeksi. Jahitan luka biasanya dibuka setengah pada hari kelima dan sisanya dibuka pada hari keenam atau ketujuh, kecuali ada perintah dari dokter (Oswari, 2007).
Ada beberapa infeksi yang mungkin terjadi setelah persalinan. Infeksi yang mungkin terjadi adalah akibat sayatan operasi. Infeksi ini menyebabkan suhu tubuh meningkat. Umumnya, keadaan ini sering terjadi pada hari pertama postseksio, suhu tubuh tidak juga turun. Biasanya, demam ini baru muncul, pada hari ketiga atau keempat setelah persalinan. Apabila rasa nyeri didaerah bekas sayatan datang terus menerus atau daerah tersebut memerah, jika dari bekas sayatan itu keluar cairan, segeralah hubungi dokter karena kemungkinan telah terjadi infeksi.
Namun, demam ini bukan hanya bersumber dari infeksi akibat sayatan operasi, bisa juga karena masalah lain, seperti payudara yang mengencang pada saat air susu pertama kali tidak mengalir atau karena luka pada puting susu yang ditandai dengan kulit payudara menjadi merah serta nyeri jika ditekan dan agak mengeras.
Infeksi lainnya bisa karena infeksi endometrium, gejalanya berupa demam dan nyeri pada perut bagian bawah, kadang-kadang cairan vagina beraroma tidak sedap (Kasdu, 2003).
Resiko terjadinya infeksi luka operasi ditentukan oleh jumlah dan jenis mikroorganisme yang mengontaminasi luka, dan kondisi luka pada akhir pembedahan (Potter, 2006)
c. Buang air besar dan buang air kecil
Kalau merasa sudah agak kuat, biasanya ibu ingin segera ke kamar kecil untuk buang air kecil. Apabila hal ini berhasil dilakukan, biasanya ibu juga ingin buang air besar di kloset. Sayangnya, melakukan buang air besar untuk pertama kalinya setelah sesaria biasanya membutuhkan usaha yang lebih besar. Ibu harus mengejan atau setengah memaksa untuk mengeluarkan isi perut. Padahal, perut masih terasa sakit. Oleh karena itu, janganlah terlalu memaksakan diri.
Kalau merasa sudah agak kuat, biasanya ibu ingin segera ke kamar kecil untuk buang air kecil. Apabila hal ini berhasil dilakukan, biasanya ibu juga ingin buang air besar di kloset. Sayangnya, melakukan buang air besar untuk pertama kalinya setelah sesaria biasanya membutuhkan usaha yang lebih besar. Ibu harus mengejan atau setengah memaksa untuk mengeluarkan isi perut. Padahal, perut masih terasa sakit. Oleh karena itu, janganlah terlalu memaksakan diri.
Pada umumnya, para ibu baru akan buang air besar pada hari ketiga. Biasanya, pada saat awal setelah persalinan, banyak ibu yang mengalami sembelit.
Namun, banyak wanita menjadi sembelit setelah persalinan karena sejumlah besar cairan hilang dari tubuh, sedangkan dubur menyerap air sebanyak mungkin dari tinja agar cairan tubuh seimbang. Keadaan ini biasanya terjadi pada hari-hari pertama sampai hari kelima setelah operasi sesaria. Oleh karena itu, kalau mengalami kesukaran melakukan buang air besar, ibu bisa minta obat pencahar. Apabila ibu berhasil buang air besar, berarti ibu telah membuang angin yang tertahan di perut yang menyebabkan perut terasa sakit. Untuk mengatasi sembelit, upayakan untuk mengonsumsi makanan yang berserat tinggi, seperti sereal dan buah-buahan. Sebaliknya menghindari makanan yang bisa memperburuk
keadaan. Banyak minum air serta jus buah juga bisa membantu melunakkan tinja dan melancarkan buang air besar.
Ketika akan operasi, pengeluaran air seni pasien akan ditampung lewat selang (kateter) yang disambung ke sebuah kantong. Efek pembiusan yang diberikan pada saat melahirkan bisa mempengaruhi kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih. Akibatnya, tidak dapat merasakan apakah kandung kemih sudah penuh atau sudah kosong.
Kateter untuk membuang air kecil akan terus digunakan sampai sekitar 12-24 jam pascabedah. Namun, apabila warna urin tidak jernih maka pemasangan kateter akan berlangsung lebih lama. Kateter akan dipasang sampai 48 jam atau lebih jika pembedahannya akibat rupture uteri, partus lama atau macet, oedema perineum yang luas dan sepsis puerperalis atau pelvio peritonitis, serta hematuria. Apalagi jika sampai terjadi perlukaan pada kandung kemih, kateter bisa dipasang sampai 7 hari.
Pemakaian kateter ini tidak akan terasa sakit. Namun, rasa sakit akan sangat terasa apabila ibu mengejan, batuk, tertawa atau aktivitas lain yang meninggikan tekanan rongga perut. Demikian juga ketika akan dicabut, timbul sedikit nyeri di daerah vagina. Pada keadaan normal, yaitu hari kedua setelah operasi, dokter akan memperbolehkan ibu buang air kecil sendiri tanpa bantuan kateter.
0 comments:
Posting Komentar