KUMPULAN KTI KEBIDANAN DAN KTI KEPERAWATAN

Bagi mahasiswi kebidanan dan keperawatan yang membutuhkan contoh KTI Kebidanan dan keperawatan sebagai rujukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah bisa mendapatkannya di blog ini mulai dari BAB I, II, III, IV, V, Daftar Pustaka, Kuesioner, Abstrak dan Lampiran. Tersedia lebih 800 contoh kti kebidanan dan keperawatan. : DAFTAR KTI KEBIDANAN dan KTI KEPERAWATAN

Pil KB Untuk Pria

Selasa, 20 Desember 2011


BKKBN Akan Luncurkan Pil KB Untuk Pria
Jumat, 28 Oktober 2011 11:30   

Medan, 28/10 (SIGAP - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional akan meluncurkan pil kontrasepsi khusus untuk pria sebagai upaya meningkatkan kesertaan kaum suami dalam program keluarga berencana.

"Dalam tahun ini mudah-mudahan pil KB khusus pria itu bisa diluncurkan. Namanya pil KB Gandapura, jadi nanti kalau sudah diluncurkan akan kami percepat sosialisasinya," kata Kepala Perwakilan BKKBN Sumatera Utara Nofrizal di Medan, Jumat.

Ia mengatakan, selama ini kontrasepsi yang digunakan untuk pria hanya dua yakni kondom dan vasektomi, berbeda halnya dengan untuk wanita yang terdiri dari berbagai jenis.

Dengan akan diluncurkannya pil KB Gandapura tersebut, pilihan pria untuk berpartisipasi dalam program KB semakin bervariasi. Dengan demikian diharapkan kesertaan pria untuk ber-KB juga akan semakin tinggi.

Ia mengakui selama ini kesertaan kalangan suami dalam program KB di Indonesia memang masih relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya seperti China dan Thailand yang sudah mencapai rata-rata 10-15 persen.

Sementara di Vietnam kesertaan pria dalam KB melalui pemakaian kondom dan vasektomi sudah mencapai rata-rata di atas 20 persen. Sementara di Indonesia rata-rata masih sekitar tiga persen.

"Nah dengan pil KB Gandapura khusus untuk pria itu, diharapkan kesertaan kaum suami untuk ikut KB akan semakin meningkat," katanya.

Menurut dia, sebenarnya yang tidak kalah penting dilakukan adalah bagaimana memberi pemahaman kepada masyarakat khususnya kalangan suami betapa pentingnya peranan pria dalam kesuksesan program KB.

Suami dalam tatanan kehidupan di Indonesia adalah pengambil keputusan dalam rumah tangga dalam hal program KB tersebut. Pertama, suami adalah pengambil keputusan boleh atau tidaknya istri ikut KB dan kedua adalah suami ikut secara langsung ber-KB.

"Artinya sukses tidaknya program KB juga sangat bergantung pada peran para suami," katanya. (lap har/ant)

Sumber : http://sigapbencana-bansos.info/berita/18548-bkkbn-akan-luncurkan-pil-kb-untuk-pria.html

Pil KB Untuk Pria

Pil Kb untuk pria BKKBN akan segera gunakan pil Kb untuk pria adanya penemuan ini pil Kb untuk pria dirasa akan sangat bermanfaat, pil Kb untuk pria diharapkan mampu mengontrol angka kelahiran di Indonesia, dan kini tidak hanya wanita yang seakan dipaksa untuk meminum pil ati hamil atau pil Kb ini.

Pil keluarga berencana (KB) pria dari tumbuhan Gendarusa (Justicia gendarussa Burm.f) segera diproduksi secara massal untuk masyarakat. "Sudah ada massalisasi penanaman Gendarussa untuk industri. Tapi teknisnya jangan sekarang," kata guru besar Ilmu Farmakognosi Unair Surabaya Prof Dr Bambang Prajogo EW MS Apt di Surabaya, Kamis (20/10).

Ia mengemukakan hal itu menjelang pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar Unair ke-404 dalam Ilmu Farmakognosi pada 22 Oktober nanti bersama dua rekannya, Prof Dr Soegeng Soetedjo Ak dan Prof Dr Noor Erma Sugijanto MS

Menurut dia, bila pil KB pria itu dikonsumsi masyarakat, peran pria dalam KB yang selama ini hanya tiga persen akan dapat diubah. "Saya mengawali penelitian Gendarussa pada 1987, dan saya bertekad untuk betul-betul terealisasi dalam bentuk pil KB untuk pria setelah pengukuhan guru besar," katanya.

Penelitian ini merupakan jawaban atas tradisi masyarakat Papua yang menggunakan Gendarussa untuk menunda kehamilan istri hingga sang suami mampu membayar mahar (mas kawin) yang nilainya cukup mahal.

"Ada banyak cara untuk menghambat kehamilan itu, di antaranya gangguan pada maturasi (kematangan) sperma atau gangguan pada sistem enzim spermatozoa. Untuk Gendarussa, saya sendiri menemukan fungsinya untuk mengganggu sistem enzim," katanya.

Dalam proses gangguan sistem enzim itu, katanya, Gendarussa menurunkan proses hyaluranidasi saat terjadi pertemuan sel telur dengan sperma, sehingga pertemuan itu tidak terjadi akibat penetrasi sperma ke sel telur dalam proses itu menjadi luruh akibat Gendarussa.

"Untuk kepentingan pembuatan kapsul itu, saya melakukan penelitian senyawa kimia dari Gendarussa pada tahun 2002 dan akhirnya menemukan senyawa kimia Gendarussa yang saya namakan senyawa Gendarusin A dan Gendarusin B," katanya.

"Untuk penelitian itu, saya juga melakukan uji klinik fase 1 pada tahun 2008 dengan 36 subjek pria sehat, lalu uji klinik fase 2 pada tahun 2009 dengan 120 subjek pria dari PUS (pasangan usia subur). Hasilnya, 100 persen tidak ada kehamilan setelah terpapar kapsul Gendarussa dan nafsu seks juga tidak terpengaruh sama sekali," katanya. MetroTVnews.com
    

Mastitis

Jumat, 09 Desember 2011


Pengertian Mastitis
            Istilah untuk payudara yang melenting, keadaan ini banyak di jumpai akan tetapi dalam perawatan yang benar, keadaan ini akan menjadi parah dan tidak membahayakan payudara atau bayi anda. (Pitaloka, 2001).
            Mastitis adalah infeksi bakteri pada bagian atau seluruh bagian payudara. Mastitis biasanya dikaitkan dengan payudara yang keras, bengkak, berwarna merah, dan rasa sakit di bagian payudara. Banyak perempuan yang di lagnosis mengalami mastitis karena mereka mengalami gejala seperti flu dan demam, tanpa adanya perubahan pada payudara. (Newman, 2008).
            Mastitis adalah istilah yang digunakan untuk infeksi payudara sebagai zat bagian penyumbatan satu atau lebih saluran ASI dari unit produksi ASI.
(dr. Ramaiah, 2007)    
Dari beberapa defenisi mastitis tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa mastitis adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan kuman terutama Stepilococus abrous, melalui luka umumnya menyerang wanita pasca persalinan hingga 3 bulan masa menyusui.

2.3.1    Gejala
            Gejala hampir sama dengan payudara yang membengkak karena sumbatan saluran ASI pada mastitis antara lain :
-         Payudara terasa nyeri
-         Teraba keras
-         Tampak kemerahan
Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah – pecah, dan badan terasa demam seperti hendak flu, bila terkena sumbatan tanpa infeksi, biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah.
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gampangnya bila didapat sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada payudara, dan permukaan kulit tidak pecah – pecah maka hal itu bukan mastitis. Bila terasa sakit pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras, maka hal tersebut bukan mastitis. (Pitaloka, 2001).

2.3.2    Faktor Predisposisi
            Faktor predisposisi ada sejumlah faktor yang telah di duga dapat meningkatkan resiko mastitis. Sebagian besar bukti yang ada tetap bersifat anerkat. Faktor – faktor tersebut kurang penting bila dibandingkan dengan teknik menyusui yaitu : kenyataan yang baik dan pengeluaran ASI yang genetik. (Bertha, 2002)

2.3.3    Jenis – Jenis Mastitis
            Ada 4 jenis mastitis yaitu mastitis puerparalis epidemic, mastitis maninfeksosa, mastitis subklinis. Mastitis infeksiosa. Ke empat jenis ini muncul dalam kondisi yang juga berbeda. Diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Mastitis Puerparalis Epidemik
Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul bila pertama kali bayi dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen. Masalah ini paling sering terjadi di rumah sakit, dari infeksi silang atau bekesinambungan strain resisten.
  1. Mastitis Moninfesiosa
Mastitis moninfeksiosa bila ASI tidak keluar dari sebagian atau seluruh payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti, namun proses ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2 – 3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat menyebabkan respons peradangan
  1. Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebuah kondisi yang disebut mastitis subklinis. Dapat disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI sangat berkurang sampai sampai di bawah 400 ml/hari
  1. Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi bila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh faktor imun dalam ASI dan oleh respons – respons inflamasi. Secara formal ASI segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. (Bertha, 2002).

2.3.4    Cara Mengatasi Mastitis
            Kurangi resiko mastitis dengan
  1. Tidak mengenakan BH atau pakaian yang tepat menekan saluran susu dan menghambat aliran susu.
  2. Menyusui sesering bayi anda menginginkannya.
  3. Dengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu lama, saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman tanpa menyusui.
(Pitaloka, 2001)



2.3.5    Cara Pengobatan
            Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotika, mintalah pada dokter antibiotika yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui, selain itu bila badan terasa panas, ibu dapat minum obat turun panas, kemudian untuk bagian payudara yang terasa keras dan nyeri, dapat di kompres dengan menggunakan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri.
            Bila tidak tahan nyeri, dapat meminum obat penghilang rasa sakit, istirahat yang cukup amat perlu mengembalikan kondisi tubuh menjadi sehat kembali. Di samping itu makan dan minum yang bergizi, minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam, biasanya rasa demam dan nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas seperti semula.
(Newman, 2008).

Tetanus Neonatorum.

Senin, 31 Oktober 2011


  1. PENGERTIAN
                  Adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir ( Neonatus ). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang seringdijumpai pada BAYI BARU LAHIR yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatan, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak asektif.
                  Kebanyakan tetanus neonatorum terdapat pada bayi yang lahir dengan dukun, peraji yang belum mengikuti penataran dari depkes.dermatol yang dahulu dipakai sebagai obat pusat sekarang tidak dibenarkan lagi untuk dipakai karena ternyata pada dermatol dapat dihinggapi spora clostridrum tetani. Masa lokabasi penyakit ini adalah 5-14 hari. Pada umumnya tetanus neonatorum lebih cepat dan penyakit langsung lebihberat dari pada tetanus pada anak.
                  Penyebabnya adalah hasil clostridrum bersifat anaerab, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan tokan yang dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukasit danmerupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, yang infeksinya biasanya terjadi melalui luka pada tali pusat. Ini dapat terjadi karena pemotongan tali pusat tidak menggunakan alat-alat steril hanya memakai pisau atau gunting yang tidak steril. Dapat juga karena perawatan talipusat yang menggunakan obat tradisional seperti abu dan kapur sirih, daun-daunan dan sebagainya.

B. GEJALA KLINIS
                  Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus.
                  Pada tetanus neonaterum perjalanan penyakit ini lebih cepat dan berat. Anamnesis sangat spesifik yaitu :
  1. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum ( karena tidak dapat menghisap)
  2. Mulut mencucut seperti mulutikan
  3. Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis
  4. Kaku kuduk sampai opistotonus
  5. Dinding Abdomen kaku, mengeras, dan kadang-kadang terjadi kejang
  6. Dari berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka thisus sardunikus.
  7. Ekstermitas biasanya terulur atau kaku
  8. Tiba-tiba bayin sensitive terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis lemah.

C. PENCEGAHAN
                  Pemberian toksoid tetanus pad ibu hamil 3x berturut-turut pada trimester III dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan tali pusat selanjutnya. Komplikasi bronkopnemonia, asfiksia akibat obstruksi secret pada saluran pernafasan, sepsis neonatorum.

D.PENATA LAKSANA
      1. Pemberian saluran nafas agartidak tersumbat dan harus dalam keadaan bersih.
      2  Pakaian bayi dikendurkan atau dibuka
      3. Mengatasi kejang dengan cara memasukkan tongspatel atau sendok yang sudah dibungkus kedalam mulut bayi agar tidak tergigit giginya dan untuk mencegah agar indah tidak jatuh kebelakang menutupi saluran pernafasan
      4.Ruangan dan lingkungan harus tenang.
      5. Bila tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit ASI dengan menggunakan pipet atau diberitakn Personde ( kalau bayi tidak mau menyusui )
      6. Perawatan tali pusat dengan teknih aseptic dan anti septic.
      7. Selanjutnya rujuk kerumah sakit, beri pengertian pada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk kerumah sakit

                  Bahaya terjadinya gangguan pernafasan
      Gangguan pernafasan yang sering terjadi adalah apnea yang disebabkan adanya tetanus pasmia yang mengerang otot-otot pernafasan sehingga otot tersebut tidak berfungsi. Adanya spasme pada otot fasing menyebabkan terkumpulnya liur didalam rongga mulut. Sehingga memudahkan terjadinya pneumonia aspirasi. Adanya lendir ditenggorokan juga menghalangi kelancaran lalu lintas udara atau pernafasan.
      Pasien tetanus neonaterum setiap kejang selalu disertai sianosis dan frekwensi kejang biasanya sering sehingga pasien akan terlihat sianosis terus-menerus.

      Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Kepada orang tua pasien yang  bayinya menderita tetanus perlu diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat maka perlu tindakan dan pengobatan khusus.
Untuk Pencegahan tetanus neonaterum ini suntikan diberikan 3x berturut-turut kepada pasien ibu hamil, perlu juga dijelaskan bahwa tidak akan ada manfaatnya jika suntikan tidak lengkap 3x.

      Untuk perawatan tali pusat baik sebelum maupun setelah lepas perlum diberitahukan cara yang murah dan baik, yaitu.menggunaka alkohol 70%, dan kasasteril yang telah dibasahi lagi dengan alkohol jika sudah kering. Jika tali pusat telah lepas, kompres alkohol diteruskan lagi sampai luka bekas tali pusat kering betul selama 3-5 hari jangan membubuhkan bubuk dermasol atau bedak pada nekas tali pusat karena akan dapat terjadi infeksi.

E. KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN
      Akibat keadaan bayi yang payah dan tidak dapat menyusui untuk memenuhi kebutuhan perlu diberi infus dengan cairan glukosa 5% bila kejang sudah berkurrang pemberian makanan dapat diberikan melalaui sondei dan sejalan dengan perbaikan pemberian makanan bayi dapat dirubah memakai sendok secara bertahap.

F. MEDIK DAN PERAWATAN
      Menurut buku acuhan nasional pelayanan
Kesehatan maternal dan neonatal 2002 :
1.      Diberikan cairan intrafena dengan larutan glukosa 5% dan Nad fisiologis 4-1 selama 48-72 jam
2.      Diazepam dosis awal 2,5 mg IV perlahan-lahan selama 2-3 menit
3.      ATS 10.000/ hari, diberikan selama 2 hari berturut-turut dengan IM.
4.      Amfisilin 100 mg/kg berat badan/ hari /dalam 4 dosis selama 10 hari
5.      Tali pusat dibersihkan atau dikompres dengan alkohol 70% betadine 10%
6.      Rawat diruang yang tenang tapi harus terang juga hangat
7.      Baringkan pasiendengan sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjalan  dibawah bahunya
8.      Beri o2 1-2 liter /menit
9.      Pada saat kejang pasang sudut lidah
10.  Observasi tanda vital cara kontinu setiap setengah jam

      Keperawatan pasien tetanus neonaterum
      Adalah pasien yang gawat, mudah terangsang atau kejang dan kalau kejang selalu disertai sianosis spasme pada otot pernafasan sering menyebabkan liur sering trkumpul didalam mulut dan dapat menyebabkan aspirasi. Oleh karena itu pasien perlu dirawat dikamar yang tenang tetapi harus terang.
      Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi gangguan pernafasan, kebutuhan nutrisi dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

KESIMPULAN
      bahwa untuk mengingat adanya infeksi pada bayi yang mudah terjadi pada penataksanaan yang dilakukan pada perawatan medis yang tidak steril dan ketidak adanya pengetahuan orang tua mengenai penyakit ini maka sebaiknya dijelaskan pada orang tua tentang bahaya-bahaya serta gejala-gejala
   
 


MEKANISME PERSALINAN NORMAL


-         Pada umur kehamilan 36 minggu, kepala dalam keadaan flaksi akan memasuki PAP dengan sutura sagitalis melintang (transversal) miring (oblig) terhadap PAP yang disebut Syinchilitismus (Osporietalis depan dan Osporietalis belakang sama tinggi)
-         Dengan adanya his, kepala akan turun osporietalis depan akan tersentuh pada pinggir atas simpisis, akibatnya osporietalis belakang akan turun lebih rendah dari osporietalis depan yang disebut Asynchitismus Posterior.
-         Dengan adanya his, dan terdapat rongga yang luas disebelah belakang, akibatnya ada cekungan sacrum, ubun-ubun kiri kepala janin akan bergerak kearah belakang, sehingga osporietalis depan terlepas dari pinggir atas simpisis, sehingga menjadi sama tinggi dengan osporietalis belakang disebut synclitismus.
-         Dengan adanya his, kepala makin turun osporietalis belakang akan tersentuh pada Ossacrum, akibatnya osporietalis depan akan turun lebih rendah dari osporietalis belakang yang disebut Asynclitismus Auterior.
-         Dengan adanya his, kepala akan turun lagi dalam keadaan flaksi maksimal menuju dasar panggul yang terpanjang adalah diameter auterior posterior sehingga terjadi putar poksi dalam dimana ubun-ubun kecil akan menuju kebawah symfisis.
-         Dengan adanya his, kepala akan mulai turun sehingga terlihat vulva setelah his hilang kepala masuk kepala (Maju – mundur).
-         Dengan datangnya his, kepala makin turun sehingga pada satu saat kepala telah terlihat divulva, walaupun tidak ada his ( kepala membuka pintu ) o croning.
-         Dengan datangnya his, kepala makin turun sampai sub occiput berada dibawah sympisis sebagai hipomochin ( sebagai sumbu putar ) dan kepala akan mengadakan defleksi sehingga lahirlah berturut-turut UUK, dahi,mata,hidung,mulut,dagu dan lahirlah kepala anak seluruhnya.
-         Kemudian kepala mengadakan putar posisi  luar dan bahu mengadakan putar posisi dalam dan menyebabkan bahu dibagian auterior superior didalam pelvis kemudian bahu auterior lahir dibawah sympisis pubis diikuti oleh bahu posterior kemudian  lahirlah seluruh tubuh anak 
1. Panggul terdiri atas    :          
    A.    Bagian keras yang dibentuk oleh tulang rawan dan keras.
B.     Bagian lubak yang dibentuk oleh otot – otot dan ligamen.

2. Tulang panggung terbagi atas 2 bagian :
    A.  Pelvis Mayor      : Dari PAP keatas yang fungsinya untuk menyangga abdomen.
    B.   Pelvis Minor       : Dari PAP kebawah yang fungsinya untuk melindungi rahim, kanding kemih, ovarium dan ginja.

3. Tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang :
    A.  2 tulang panggkal paha                OS. Coae kanan kiri
    B.   1 tulang belakang            OS. Sacrum
    C.  1 tulang tungging   OS. Cocygis

A.      Tulang coxae (pangkal paha) terdiri atas 3 buah tulang :
v     Tulang usus (OS ilium)
v     Tulang duduk (OS ischium)
v     Tulang kemaluan (OS pubis)

v     Tulang usus (OS ilium)
·    Bagian atas yang tebal disebut crista iliacbagian yang ata
v     Spina iliaca anterior superior                       S  : Superior     : Atas
v     Spina iliaca anterior inferior                         I   : Interior       : Bawah
v     Spina iliaca posterior superior                     A : Anterior      : Muka      
v     Spina iliaca posterior inferior                       P  : Posterior     : Belakang 
·    Dan yang menonjol disebut spina
·    Dan antara spina iliaca posterior inferior ada benjolan yang disebut incisura ischiadica mayor
·    Acetabulum.

v     Tulang Duduk ( os ischim )
-         Bagian yang menonjol ke dalam spina isiadika dibawah ini ada incisura ischiadica minor
-         Bagian yang menonjol keluar tuber isiadicum.

v     Tulang Kemaluan ( OS puhis )
-         Fonamen obturatorium
-         Bagian atas : Ramus superior os pubis                                       Sinitra ( kiri )
-         Bagian bawah : Ramus inperior os pubis                                    Nexra ( kanan )

B. Tulang Kelangkang (OS SACRUM)
            Terdiri dari lima ruas yang senyawa

C. Tulang Tungging ( OS COCYGIS )
            Yang terbentukdan terdiri atas 3 - 5 ruas yang bersatu yang bersifat mobail.

Ø  Pelvis Minor ( Panggul Kecil )
        Terdiri dari 4 bidang
1.      Pintu atas panggul
2.      Bidang luas panggul
3.      Bidang sempit panggul
4.      Pintu bawah panggul

1.  PAP
            Dari promontorium – sayap sacrum, linea innominata, ramus superior os pubis pinggis atas simpisis.
-         Ukuran muka belakang ( Conjunggata vera ) diameter anterior posterior ) dari promontorium ke pinngir atas simpisis 11 cm
-         Ukuran transpersal ( melintang ) dari linea innominata kanan / kiri 12,5 cm
-         Ukuran obliq ( miring ) dan sacro iliaca ke tuberculum pubicum 13 cm.

2.  Bidang luas panggul
-         Dari pertengahan simphysis – pertengahan acetabulum- pertemuan antara ruas sacrum II-III
-         Ukuran anterior posterior dari pertengahan simphysis ke sacrum 2-3 = 12,75
-         Ukuran transpersal dari pertengahan acetabulum kanan dan kiri 12,5 cm.

3.  Bidang sempit panggul
Dari pinggir bawah simphysis- spina ischadika ke ujung sacrum
-     AP   : Pinggir bawah simpisis ke ujung sangkum 11,5 cm
-         Tranpersal : Spina isciadica kanan kiri10 cm
-         Sagitalis posterior : Sacrum ke pertengahan antara spinae ischiadu 5 cm.

4.  Pintu bawah panggul
            Terdiri dari 2 Δ dan dasar yang sama yang berhubungan garis tuber ischiadicum kanan dan kiri.
 
§     Δ pertama ( depan ) dari tuber isciadikum ke pinggir bawah simpisis
§     Δ kedua ( belakang ) dari ujung sacrum ke ligamentum sacru tuberosum
o   Ukuran AP   : dari pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum 11,5 cm
o   Ukuran tranversal : tuber istiradikum kiri kanan ( 10,5 cm )
o   Saligalis posterior : Ujung sacrum ke pertengahan ukuran melintang 7,5 cm

UKURAN KEPALA

1.  Diameter
v         Diameter fronto oksipitlis   : 12 cm ( LPK )
v         Diameter mento oksipitalis  : 13,5 cm ( LD )
v         Diameter Sub Oksipitalis Bregmatika 9,5 Cm ( LBK )
v         Diameter Biparietal 9,25 cm
v         Diameter Bitemporal 8 cm

2.          Sicrum verencia ( Keliling )
v         Sicrum verencia pronto oksipitalis : 3,4 cm
v         Sicrum verencia mento oksipitalis  : 35 cm
v         Sicrum verencia sub oksipitalis bregmatika 32 cm ( LBK )

KASUS LETAK BOKONG


Ny. S 30 tahun G III A0
Datang ke RB dengan keluhan keluar lender campur darah
4 jam yang lalu, lalu periksa
TFU 3 jari dibawah P.X
Di fundus teraba bulat keras dan melenting
DJJ 144 x/menit, dengan fuctum maximum dikiri bawah pusat
Pembukaan cervix 6 cm. pada hanskun dijumpai blood slym bercampur meconium.
Diagnosa            : Ibu inpartu kala I fase aktif dengan kasus letak bokong
Dasar                 : -     Pada palpasi Leopold III uteri teraba bulat keras, melenting
-         Dada bagian bawah teraba lunak, bundar dan tidak melenting
-         Pemeriksaan dalam, dijumpai blood slym bercampur meconium

 
Faktor Penyebab :
-         Anak kecil
-         ANC jarang (tidak pernah)
-         Anak kembar
-         Hidramion
-         Multi paritas
-         Hidrolepalus
-         Placenta previa

Penanganan

Tahap I lahir bokong sampai pusar dilakukan persalinan
1.      secara brachi
-         Ibu tidur dalam posisi litotomi
Ketika timbul his ibu disuruh menera dengan merangkul ke dua paha
-         Sewaktu bokong mulai membuka vulua ( Crowning ) disuntikkkan 2 - 5 cu oxitosin secara im segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara brachi yaitu : kedua ibu jari menolong sejajar dengan sumbu panjang dan paha, sedangkan jari – jari lain memegang panggul
-         Pada setiap his ibu disuruh meneran. Waktu tali pusat lahir dan tampak sangat teregang, dikendorkan
-         Kemudian penolong menolong melakukan hiper lordosis pada badan janin guna mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, bersamaan dimulainya gerakan hiperlordis seorang asisten melakukan kristeler pada fundus literi
-         Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar, perut, bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala
Bila persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi kemacetan melahirkan bahu atau kepala ;
2.      Teknik cara klasik
Melahirkan dengan belakang lebih dahulu, karena lengan belakang berada di ruangan yang lebih lua atau sacrum, baru kemudian melahirkan lengan depan yang berada dibawah symphisis kedua kaki janin dipegang. Kanan penolong, pada pergelangan kaki bayi dibawah ke atas perut ibu, dan tangan kiri dimasukkan ke dalam jalan lahir dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin, kemudian lengan baah dilahirkan, selanjutnya didekatkan kearah punggung ibu untuk melahirkan lengan depan.


3.      Teknik cara Mueller
Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu kedua ibu jari dipanggul janin 4 jari lainnya mencekam paha, badan janin dan ditarik ke bawah untuk melahirkan lengan depan, kemudian ditarik ke atas, melahirkan bahu belakang.
4.      Teknik cara loveset
Tangan sama dengan teknik Mueller memutar badan janin setengah lingkaran sehingga bahu belakang menjadi keudian diputar ke arah berlawanan setengah lingkaran untuk melahirkan bahu belakang disertai lengan dan tangan atas, jika tidak lahir, maka lengan dikait dengan telunjuk sampai lahir.
5.      Teknik cara mauricau ( Melahirkan kepala )
Jari tengah dimasukkan ke mulut bayi dan jari telunjuk dan jari keempat menyengkam fosa kinina, sedang tangan lain mencekam leher, janin seolah-olah menunggang kuda, kedua tangan menarik kepala janin curam ke bawah, sambil seorang asisten melakukan kristele bila sub ocsiput tampak dibawah symphis kepala janin tarik keatas sehingga berturut-turut lahir, dagu, mulut, hidung, mata, dan ubun-ubun besar dan lahirlah seluruh kepala janin.  

DISTOSIA BAHU

    Kegiatan di Polindes menolong persalinan Ny. M, dengan ayat GIII PII Ab0.
Kala II setelah kepala janin lahir, Bidan A memeriksa liltan tali pusat ternyata tidak ada lilitan kemudian menunggu terjadi putar paksi luar, tapi putar paksi luar tidak terjadi dengan sempurna ketika hendak melahirkan. Bahu ternyata bahu tersangkut tidak dapat dilahirkan.

Diagnosa        :   -   Ibu dalam kala II persalinan dengan kasus Distosia Bahu
-     Kepala dapat lahir tetapi tetap berada dekat pulva
-     Usaha melahirkan bagu gagal

Penyebab :
-         Kelainan letak dan bentuk janin
-         Persentase puncak kepala
-         Persentasi dahi
-         Persentasi muka


Bahan :
1)      Buat episiotomi yang cukup luas.
2)      Posisi ibu berbaring terlentang, dan menekuk kearah dadanya, atau minta 2 asisten untuk melakukannya.
3)      Penolong memakai sarung tangan yang telah di DTT.
-         Lakukan tarikan yang kuat kearah bawah, minta seorang asisten melakukan kearah bawah pada daerah symphisis.
4)      Jika bahu belum lahir, masukkan tangan kedalam vagina, lakukan penekanan pada bahu yang terletak didepan kearah sternum bayi untuk mengecilkan diameter bahu jika diperlukan, lakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah sternum.
5)      Jika bahu belum dapat dilahirkan setelah tindakan diatas.
-         Masukkan tangan kedalam vagina
-         Raih humetrus dari lengan belakang dengan menjaga lengan tetap fleksi pada siku, gerakkan lengan kearah dada.
6)      Jika semua tindakan diatas tidak berhasil
-         Patahkan clavicula, lalu tarik dengan mengait ketiak untuk melahirkan bahu belakang