Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi kondisi seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti fungsi ingatan, belajar, mendengar, berbicara, serta analisis intelek dan fungsi kesadaran (Satiadarma, 2004). Terapi musik merupakan suatu disiplin ilmu yang rasional yang memberi nilai tambah pada musik sebagai dimensi baru secara bersama dapat mempersatukan seni, ilmu pengetahuan dan emosi (Widodo, 2000).
Musik adalah segala sesuatu yang menyenangkan, mendatangkan keceriaan, mempunyai irama (ritme), melody, timbre (tone colour) tertentu untuk membantu tubuh dan pikiran saling bekerja sama (Fauzi, 2006). Musik memberi nuansa yang bersifat menghibur, menumbuhkan suasana yang menenangkan dan menyenangkan seseorang, sehingga musik tidak hanya berpengaruh terhadap kecerdasan berfikir saja tetapi juga kecerdasan
emosi (Sari, 2004).
Musik adalah pengatur yang baik membentuk tubuh dan pikiran untuk saling bekerjasama. Musik berguna untuk (1) memberi pengulangan yang menguatkan pembelajaran (2) memberi ketukan yang berirama yang membantu koordinasi (3) memberi pola yang membimbing guna mengantisipasi apa yang akan terjadi berikutnya (4) memberi kata-kata yang menyatukan bahasa dan kemampuan membaca (5) memberi melodi yang menarik hati dan perhatian dengan kegembiraan (Sari, 2005).
Menurut Fauzi (2006), musik memberi pengaruh yang kuat untuk (1) Membantu perkembangan otak bayi (2) Membantu perkembangan bahasa (3) Menjadi jembatan belajar membaca (4) Memberi perangkat bagi mental untuk memecahkan masalah (5) meningkatkan keterampilan kognitif dan perilaku (6) Menumbuhkan rasa percaya diri.
Hasil observasi dan evaluasi terhadap bayi yang mendapat stimulus musik menunjukkan ciri- ciri : cepat dan mahir berbicara, menirukan suara, menyebutkan kata-kata pertama, tersenyum spontan, menoleh kearah suara orangtuanya, lebih tanggap terhadap musik, dan pola sosialnya berkembang sangat baik. Hasil riset menunjukkan bahwa pelatihan dengan musik menunjukkan bahwa musik lebih daripada sekedar hubungan sebab akibat terhadap perkembangan bagian-bagian tertentu dari otak secara jangka panjang, tetapi alunan beberapa jenis musik mampu memberikan pengaruh tertentu pada pergerakan gelombang otak anak (Fauzi, 2006).
Musik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi pada otak (fungsi ingatan, belajar, bahasa, berbicara, analisis intelek dan fungsi kecerdasan). Dengan menikmati musik, gudang ingatan anak semakin lama semakin berkembang, sehingga daya ingat anak semakin baik (Satiadarma, 2004).
Musik juga dapat berpengaruh untuk:
1) Merangsang otak secara fisik
Musik mampu mengaktifkan fungsi fisik otak yang telah mengalami penurunan akibat adanya ganguan fisik. Ada yang beranggapan bahwa bukan musik yang memperbaiki kondisi fisik otak, melainkan kondisi fisik otak yang lebih memungkinkan seseorang untuk belajar musik. Bagian otak yang berperan dalam fungsi pendengaran dan kemampuan verbal (planum temporal) dan bagian otak yang berfungsi sebagai lintas transformasi sinyal dari belahan otak kanan dan belahan otak kiri ( corpus collosum) pada musisi umumnya lebih besar karena musisi belajar musik relatif lebih lama daripada orang lain (Rahmawati, 2001).
2) Merangsang fungsi kognitif
Fungsi kognitif (nalar) merupakan fungsi yang sangat penting dalam aktifitas kerja otak. Fungsi kognitif memungkinkan seseorang untuk berfikir, mengingat, menganalisa, belajar dan melakukan aktifitas mental yang lebih tinggi. Secara umum musik mampu membantu seseorang untuk meningkatkan konsentrasi, menenangkan pikiran, memberi ketenangan dan membantu sesoarang untuk melakukan motivasi dengan kata lain musik dapat membantu individu mengembangkan proses mental dan meningkatkan kesadaran (Satiadarma, 2004).
3) Merangsang proses assosiatif
Proses assosiatif adalah salah satu proses berfikir untuk mengaitkan satu hal dengan hal yang lainya. Musik merangsang kemampuan tumbuhkembangnya kemampuan assosiatif anak. Lagu anak-anak yang dirancang jangan menyisipkan kata-kata tertentu merupakan suatu sarana untuk mengembangkan kemampuan assosiatif anak (Satiadarma, 2004).
4) Merangsang rekognisi (mengenali kembali)
Proses rekognisi merupakan salah satu proses penting dalam berpikir, proses ini berlangsung cukup kompleks dan melibatkan ragam fungsi kerja otak. Pada awalnya rangsang diterima oleh penginderaan dan di sampaikan ke otak dengan menggunakan sinyal tertentu melintas pada jaringan saraf, kemudian otak menganalisa sinyal yang dikirimkan oleh penginderaan, mencari pendengaranya dengan koleksi data yang ada di gudang ingatan (Satiadarma, 2004).
Jika seseorang mendengar alunan musik, saraf indra pendengaran mengirim sinyal ke otak untuk mengenal alunan musik tersebut. Jika individu pernah mendengar alunan serupa maka individu yang bersangkutan akan merespon alunan serupa misalnya dengan hentakan kaki, bersiul mengikuti lagu yang didengarnya (Satiadarma, 2004).
5) Memperluas gudang ingatan
Berbagai bentuk pengalaman memberikan konstribusi koleksi data dalam gudang ingatan. Ragam musik juga memberikan kontribusi data di dalam gudang ingatan, akan tetapi gudang ingatan memiliki keterbatasan jika jumlah data yang masuk jauh lebih besar dari daya tampung dalam gudang ingatan.
Musik mampu mengubah individu untuk memanggil kembali data lainya karena adanya proses assosiatif. Banyaknya ragam musik yang direkam dalam ingatan seseorang memperkaya koleksi ingatan dengan ragam bentuk data yang terorganisir sehingga individu lebih mampu mengklasifikasikan kelompok ingatan dan mengaitkanya dengan musik (Satiadarma, 2004).
6) Merangsang perkembangan bahasa
Dalam bidang pendidikan diberbagai lembaga bahasa, musik serta lagu sering digunakan untuk membantu para siswa agar lebih mampu belajar bahasa. Lirik musik juga mengubah individu untuk memahami kata dan ragam ungkapan dalam lirik lagu tersebut (Fauzi, 2006).
7) Merangsang berfikir ritmis
Tidak dapat dipungkiri bahwa musik mengandung irama atau ritmis. Ketika anak-anak mulai belajar musik dengan bertepuk tangan, mereka mengawali proses berpikir secara ritmis. Dalam proses ini anak mulai melatih mengkoordinasi gerak dengan ritme musik (Fauzi, 2006).
Terapi musik dapat dilakukan di rumah, disaat santai dan dimana saja, jaraknya sekitar setengah meter (50 cm) dari tape dapat juga menggunakan walkman. Usahakan suara (volume) tidak terlalu keras atau lemah, intinya volume tersebut dapat membuat ibu merasa nyaman dan membuat ibu berkonsentrasi penuh. Jika mempunyai hearphone, sesekali dapat menempelkanya ke perut ibu agar janin bisa mendengarkan lebih jelas, ibu boleh berdendang mengikuti melodi atau lirik lagu yang di dengarnya (Satiadarma, 2004) .
Waktu yang digunakan sekitar 30 menit yang dibagi menjadi relaksasi dan stimulus. Stimulus sekitar 15 sampai 20 menit, relaksasi sekitar 10 sampai 15 menit. Di rumah lama mendengar musik yang dianjurkan pada ibu hamil adalah sekitar 30 menit setiap hari. Untuk memperoleh manfaat dari mendengarkan musik, ibu hamil dianjurkan mendengarkan dengan penuh perhatian dan kesadaran bahwa musik dapat merasuk ke dalam pikiran ibu. Dengan demikian suara harmoni dan irama musik dapat mendorong ibu untuk bergairah, kreatif dan menyenangkan (Satiadarma, 2004).
0 comments:
Posting Komentar