KUMPULAN KTI KEBIDANAN DAN KTI KEPERAWATAN

Bagi mahasiswi kebidanan dan keperawatan yang membutuhkan contoh KTI Kebidanan dan keperawatan sebagai rujukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah bisa mendapatkannya di blog ini mulai dari BAB I, II, III, IV, V, Daftar Pustaka, Kuesioner, Abstrak dan Lampiran. Tersedia lebih 800 contoh kti kebidanan dan keperawatan. : DAFTAR KTI KEBIDANAN dan KTI KEPERAWATAN

PERSALINAN PATOLOGIS DENGAN KETUBAN PECAH DINI

Senin, 09 Januari 2012


PERSALAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI

A.     PERINSIP DASAR
  1. Ketuban dinyatakan pecah dini apabila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
  2. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam Obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis.
  3. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
  4. Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin, dan adanya tanda-tanda persalinan.  (Sarwono Prawiraharjo, 2001).

B.     PENGERTIAN KETUBAN PECAH DINI
Ketuban pecah dini atau Spontaneous / Early-Premature Rupture Of The Membrane (prom) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara < 5 cm. bila periode laten terlalu pajang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang dapat meninggikan angka kematian ibu dan anak.
  1. Selaput janin dapat robek dalam kehamilan:
a.       Spontan karena selaputnya lemah atau kurang terlindung karena cervix terbuka (cervix yang inkompelent).
b.      Karena trauma, karena jatuh, coitus atau alat-alat.
c.       Insiden menurut Eastman kira-kira 12% dari semua kehamilan.

  1. Gejala
a.       Air ketuban mengalir keluar, hingga rahim lebih kecil dari sesuai dengan tuanya kehamilan konsistensinya lebih keras.
b.      Biasanya terjadi persalinan
c.       Cairan: hydroohoea amniotica  

C.     PATOGENESIS
  1. Adanya  hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit : Pielonefritis, Sistitis, Servisitis, dan Vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotililtas rahim ini.
  2. Ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
  3. Infeksi (amnionitas) (Khorioamnionitis)
  4. Faktor-faktor lain merupakan predis posisi adalah: multipara, malposisi, disproporsi, cervik incompeten dll.
  5. Artifisal (ammoniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.

C.1.  Cara menentukan ketuban pecah dini
a.       Adanya  cairan berisi mekoneum, verniks koseso, rambut lanugo dan kadang kala berbau kalau sudah infeksi
b.      Inspekula : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis serisis dan bagian yang sudah pecah.
c.       Lakus (litmus)
-         jadi biru (basa)……….air kertuban
-         jadi merah (asam)……….air kemih (urine)
d.      Pemeriksaan pH forniks posterior pada prom [H adalah basis (air ketuban)
e.       Pemeriksaan hispatologi air (Ketuban)
f.        Abozination dan sitologi air ketuban. (TAILOR)


C.2.   Pengaruh PROM (KPD)
a)      Pengaruh terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi karena infeksi intrauterine lebih duluan terjadi (amnionitis,Vakulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal.
b)      Pengaruh terhadap
Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai
1.      Infeksi intrapartal apalagi bila terlalu sering di periksa dalam
2.      Infeksi peurperalis (nifas)
3.      Peroitonitis dan septikemi.
4.      Dry-labor
Ibu akan jadi lelah, lelah terbaring di tempat tidur, partus akan jadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat, dan nampak gejala-gejala infeksi. Jadi akan meninggikan angka kematian dan angka mobilitas pada ibu.
( PROF. DR.  RUSTAM MOCHTAR, MPH )

C.3.   Penilaian Klinik
1.      Tentukan pecahnya selaput ketuban. Di tentukan dengan adanya cairan ketuban dari  vagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan test lakmus (mitrazin test) merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah cairan ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin.
2.      Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan USG
3.      Tentukan ada tidaknya infeksi :suhu ibu lebih besar atau sama dengan 38oC, air ketuban yang keluar dan berbau, janin mengalami takhikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterine
4.      tentukan tanda-tanda inpartu: kontraksi teratur, periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (erminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik.
(ACUAN  PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL DAN NEONATAL)

D.    PENANGANAN
1.      Kalau kehamilan sudah aterm dilakukan induksi
2.      Kalau anak premature  diusahakan supaya kehamilan dapat berlangsung terus, misalnya dengan istirahat dan pemberian progesteron.
3.      Kalau kehamilan masih sangat muda (dibawah 28 minggu) dilakukan induksi
4.      Mempertahankan kehamilan supaya bayi lahir (berlangsung +/- 72 jam)
5.      Pantau keadaan umum itu, tanda vital dan distress janin/kelainan lainnya pada ibu dan pada janin
6.      Observasi ibu terhadap infeksi khorioamnionitis sampai sepsis
7.      KIM terhadap ibu dan keluarga, sehingga dapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin ditambah dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
8.      Bila tidak terjadi his spontan dalam 24 jam atau terjadi komplikasi lainnya, rujuk ibu segera ke fasilitas yang lebih tinggi.
(OBSTETRI PATOLOGI UNPAD)

E.     KOSERVATIF
1.      Rawat di rumah sakit
2.      Berikan antibiotic (ampisilin 4x500 mg dan metronidazol 2x500 mg selama 7 hari).
3.      Jika umur kehamilan kurang dari 32-34 minggu, dirawat selama air kertuban tidak keluar lagi .
4.      Jika usia kehamilan 32-7 minggu belum importu, tidak ada infeksi, tes busa negatif, beri deksametason, obserfasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5.      Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah importu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksometason dan induksi sesudah 24 jam
6.      Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi
7.      Nilai tanda-tanda infeksi ( suhu, tanda-tanda infeksi intrauteri )
8.      Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan lakukan kemungkinan kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu dosis bertambah 12 mg per hari dosis tunggal selama 2 hari, deksamatason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

F.      AKTIF
1.      Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal Sc dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2.      Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan di akhiri.
a.       Bila skor pelvik kurang dari 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan Sc.
b.      Bila skor pelvik lebih dari 5, induksi persalinan, partus pervaginam.

 G.    PENATALAKSANAAN
KETUBAN PECAH
LEBIH DARI SAMADENGAN 37 MINGGU
INFEKSI
TIDAK ADA INFEKS
INFEKSI
TIDAK ADA INFEKS
-         Berikan Penisilin, Gentamisin Dan Metronidazol

-         Lahirkan Bayi


Amoksilin + Eritromisin untuk 7 hari



Steroid untuk pematangan paru
Berikan Penisilin  Gentanisin Dan Metronizadol



Lahirkan Bayi
Lahirkan Bayi Berikan Penisilin  atau Ampicilin
Anti biotika setelah persalinan
Profilaksi
Infeksi
Tidak ada infeks
Stop antibiotika
Lanjutkan untuk 24-48 jam setelah bebas panas
Tidak perlu antibiotic
( SARWONO PRAWIROHARJO, 2001 )


DAFTAR PUSTAKA
 Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. JNPK. 2002. Jakarta
 Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2003. Jakarta: YBP-SP.
 Gede, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Manuaba DSOD. EGD 

Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan

0 comments:

Posting Komentar