KTI
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan
I.
Pengertian
Menurut De Snoo,
berdasarkan pada pembukaan 4-5:
1.
Plasenta previa sentralis (totalis)
Adalah bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh
ostium.
2.
Plasenta precia lateralis
Adalah bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan di tutupi oleh
plasenta
Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat:
1.
Plasenta previa totalis
Adalah seluruh osatium ditutupi plasenta
2.
Plasenta previa partialis
Adalah sebagian ditutupi plasenta
3.
Plasenta letak rendah
Adalah tepi plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan, pada
pemeriksaan dalam tidak teraba
Menurut broune:
1.
Tingkat 1: lateral Plasenta previa
Adalah pinggir bawah Plasenta berisi sampai kesegmen bawah rahim, namun
tidak sampai ke pinggir pembukaan
2.
Tingkat 2: margina Plasenta previa
Adalah plasenta mencapai pinggir pembukaan
3.
Tingkat 3: complete Plasenta previa
Adalah plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila
pembukaan hampir lengkap
4.
Tingkat 4: center Plasenta previa
Adalah plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap
Plasenta previa
Adalah keadaan
dimana Plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium
uteri internal).
(dikutip dari
Prof. Dr. Rustam Moctar MPH., 1998. Jakarta )
II.
Etiologi
Menurut Prof. Dr. Rustam Moctar MPH., 1998. Jakarta , beberapa faktor yang berhubungan
dengan peningkatan kekerapan terjadi plasenta previa, yaitu:
1.
Paritas
Makin banyak paritas ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta
previa
2.
Usia ibu pada saat hamil
Pada primigravida, umur diatas 35 tahun lebih seding dari pada umur di
bawah 25 tahun
3.
Hipoplasia endometrium
Bila kawin dan hamil pada umur muda
4.
Endometrium
Endometrium
cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase, dan mual
plasenta
5.
Korpus luteum bereaksi lambat
Dimana
endometrium belum siap menerima hasil konsepasi
6.
Tumor-tumor
Seperti mioma
uter, polip endometrium
7.
Kadang- kadang pada malposisi
III. Tanda dan Gejala
Menurut
Departemen Kesehatan RI 1996. Jakarta
Gejala utama
Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri
merupakan gejala utama.
Gambaran klinik
1.
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak
perdarahan yang terjadi pertama kali,
biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir
selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada
triwulan ketiga.
2.
Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta
previa tidak mengeluh adanya rasa sakit.
3.
Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang
4.
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul dan tidak jarang terjadi letak janin letak lintang atau letak sungsang
5.
Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung
banyaknya perdarahan
IV. Diagnosis
Menurut Prof. Dr. Rudstam Mochtar
MPH. 1998 Jakarta .
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan:
- Anamnesis
a.
Gejala pertama yang membawa si sakit ke dokter atau
rumah sakit ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada
kehamilan lanjutan (trimester III)
b.
Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa
nyeri (painless), dan perulang (recurrent), kadang-kadang perdarahan terjadi
sewaktu bangun tidur, pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah di penuhi
dengan dara. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak dari
yang sebelumnya. Sebab dari perdarahan ialah karena ada plasenta dan pembuluh
darah yang robek yang disebabkan oleh:
1)
Terbentuknya segmen bawah rahim
2)
Terbentuknya ostium atau oleh malipulasi intravaginal atau raktal
- Inspeksi
a.
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam :
banyak, sedikit darah beku dan sebagainya
b.
Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan pucat /
anemis.
- Palpasi abdomen
a.
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih
rendah
b.
Sering di jumpai kesalahan letak
c.
Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau menggolak di atas pintu atas pinggul
d.
Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu
bantalan pada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus.
- Pemeriksaan inspekula
Dengan
memakai spekulum secara hati-hati dilihat dari mana asal perdarahan, apakah
dari dalam uterus, atau dari kelainan serviks, vagina, varises pecah dan
lain-lain.
- Pemeriksaan radio-isotop
a.
Plasentografi jaringan lunak
Yaitu membuat foto dengan sinar roentgen lemah untuk mencoba melokalisir
plasenta.
b.
Sitrografi
Kosongkan kandung kemih, lalu dimasukkan 40cc larutan NaCl 12,5 , kepala
janin di tekan kearah pintu atas panggul lalu dibuat foto. Bila jarak kepala
dan kandung kemih berselisih lebih dari 1 cm, maka terdapat kemungkinan
plasenta previa
c.
Plasentografi
indirik
Yaitu membuat foto seri lateral dan anteroposterior, dengan cara
menghitung antara jarak kepala-simfisis dan kepala promotorium
d.
Arteriografi
Dengan memasukkan zat kontras kedalam arteri femoralis, karena plasenta
sangat akan pembuluh darah maka ia akan banyak menyerap zat kontras.
e.
Aminografi
Dengan memasukkan zat kontras kedalam rongga amnion, lalu di buat foto
dan dilihat dimana terdapat daerah kosong di luar janin dalam rongga rahim
f.
Radio isotop plasentografi
Dengan menyuntikan zat radio aktif RISA (Radio Iodinateol Serum Albumin)
decara intra vena, lalu diikuti dengan
detektor GMC
g.
Ultrasonografi
Cara ini sangat terapi dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap
janin
- Pemeriksaan dalam
Adalah
senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh di bidang abstetrik untuk
diagnosis plasenta previa, walaupun ampuh namun
kita harus berhati-hati, karena bahayanya juga sangat besar.
a.
Bahaya pemeriksaan dalam
1.
Dapat menyebabkan perdarahan yang hebat
2.
Terjadi infeksi
3.
Menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus
prematurus.
b.
Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam
1.
Pasang infus dan persiapan donor darah
2.
Pemeriksaan dilakukan di kamar bedah, dengan fasilitas
operasi lengkap
3.
Pemeriksaan dilakukan secara hati-hati dan secara
lembut
4.
Jangan langsung masuk ke dalam kanalis servikasi,
tetapi raba dulu bantalan antara janin dan kepala janin pada forniks.
5.
Bila ada darah beku dalam vagina, keluarkan
sedikit-sedikit dan pelan-pelan
c.
Kegunaan pemeriksaan dalam
1.
Menegakkan diagnosa apakah perdarahan oleh plasenta
previa atau oleh sebab-sebab lain:
2.
Menentukan jenis klasifikasi plasenta previa, supaya
dapat diambil sikap dan tindakan yang tepat.
d.
Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum
1.
Perdarahan banyak, lebih dari 500cc
2.
Perdarahan yang sudah berulang-ulang
3.
perdarahan sekali, banyak, dan Hb dibawah 8gr% kecuali
persiapan darah ada.
4.
His telah mulai dan janin sudah dapat hidup di luar
rahim.
V.
Pemantauan Pada
Ibu dan Janin
Menurut Vicky
Chapman, 2006, Jakarta
1.
Tanda vital
Pantau dengan ketat tanda vital ibu, takikardia biasanya tanda pertama
gangguan janin karena kehilangan darah.
2.
Infus intravena
Untuk mengganti
cairan, pastikan cairan IV berjalan lancar, dokter mungkin mempertimbangkan
pemberian produk darah
3.
Pengukuran kehilangan darah
Gantilah dan amankan balutan yang
basah dengan bijaksana namun pastikan privasi ibu saat melakukannya, jagalah
perbandingan yang selalu diperbaharui kehilangan darah dan perkiraan terukur
pada kartu cairan.
4.
Kemungkinan diperlukan anestesi
Pastikan bahwa dokter telah di beri informasi dan dapat mengkaji situasi
ibu tentang kemungkinan memerlukan anestesi berikut juga antasida / atau
penghambat ion hidrogen reguler karena anestesi berikan juga antasida/
penghambat ion hidrogen reguler karena anetesia darurat mungkin di periksa.
5.
Pantau denyut jantung janin
Perubahan DJJ mendadak atau abnormal (seperti peningkatan takikardi) bisa
menunjukkan adanya gangguan yang disebabkan oleh kehilangan darah berat.
Lakukan respon segera terhadap pola abnormal.
VI. Pengaruh Plasenta Terhadap Kehamilan (menurut
dari Prof. Dr. Rustam Moctar MPH. 1998 Jakarta )
Karena dihalangi oleh plasenta maka bagian terbawah
janin tidak terfiksir kedalam pintu atas panggul. Sehingga terjadilah
kesalahan-kesalahan letak janin.
Sering terjadi partus prematurus karena adanya
rangsangan koagulan darah pada serviks. Selain itu, jika banyak plasenta yang
lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi his, juga lepasnya plasenta
sendiri dapat merangsang his. Dapat juga karena pemeriksaan dalam.
VII. Penanganan
1.
Penanganan pasif menurut Prof. Sarwono Prawiroharjo, Sp
06. 1997. Jakarta )
a.
Perhatian
Tiap-tiap perdarahan dari ketiga yang lebih dari show, harus dikirim ke
rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi
b.
Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin
masih hidup, belum inpartum kehamilan belum cukup 37 minggu atau berat janin
dibawah 2500 gram, maka kehamilan dapat dipertahankan istirahat dan pemberian
obat-obatan seperti spasmolitika. Progestin atau progesteron observasilah
dengan teliti.
c.
Sambil mengawasi periksalah golongan darah, dan siapkan
donor untuk tranfusi darah. Bila memungkinkan kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya janin terhindar dari
prematuritas.
d.
Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil tersangka
plasenta previa rujuk segera ke rumah sakit dimana terdapat fasilitas operasi
dan tranfusi darah.
e.
Bila kekurangan darah, berikanlah tranfusi darah dan
obat-obatan penambah darah.
2.
Cara persalinan
Faktor-faktor
yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah :
a.
Jenis plasenta previa
b.
Perdarahan : banyak atau sedikit tetapi berulang-ulang
c.
Keadaan umum ibu hamil
d.
Keadaan janin : hidup, gawat atau meninggal
e.
Pembukaan jalan lahir
f.
Paritas atau jumlah anak hidup
VIII. Penanganan
plasenta previa sentralis (totalis)
Menurut Prof. Dr.
Rustam Mochtar MPH, 1998, Jakarta )
a.
Untuk menghindari perdarahan yang banyak, maka pada
plasenta previa sentralis dengan janin hidup atau meninggal, tindakan yang
paling baik adalah seksio sesarea.
b.
Persalinan perabdominal dengan seksio sesarea.
Indikasi seksio
sesarea pada plasenta previa :
1.
Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau
meninggal, semua plasenta previa lateralis, posterior, karena perdarahan yang
sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.
2.
Semua plasenta previa lateralis posterior, karena
perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.
3.
Semua plasenta previa dengan tindakan tindakan-tindakan
yang ada.
4.
Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang
perdarahan pada bekas insersi plasenta kadang-kadang berlebihan dan tindakan
dapat diatas dengan cara-cara yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar,
Rustam, Prof. Dr. M. Ph,1998. Synopsis Obstetri, Jilid I, Edisi 2,EGC:
Jakarta
Prawirohardjo,
Sarwono, Prof. Dr. SPOG.1997. Ilmu
Kebidanan Edisi III. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta
Chaman,
Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan
Dan Kelahiran. EGC: Jakarta
Departemen
Kesehatan RI. 2006. Perdarahan Antepartum.
Departemen Kesehatan RI: Jakarta
0 comments:
Posting Komentar