1. Pengertian Anemia
Anemia adalah penyakit kekurangan darah dengan kadar Hb
berada dibawah normal (Francin paath, 2004).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dibawah 11 g% (Prawirohardjo, 2002).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia dan pengobatannya relatif mudah bahkan murah (Manuaba, 2000).
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel
darah merah (eritrosit) dalam
sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto, 2007).
Derajat Anemia
Derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO :
Ringan sekali : Hb 10 g/dl – Batas normal
Ringan : Hb 8 g/dl – 9.9 g/dl
Sedang :
Hb 6 g/dl – 7.9 g/dl
Berat :
Hb < 6 g/dl
Departemen Kesehatan menetapkan derajat anemia sebagai berikut :
Ringan sekali
:
Hb 11 g/dl – Batas Normal
Ringan :
Hb 8 g/dl - < 11 g/dl
Sedang : Hb 5 g/dl - <
8 g/dl
Berat :
Hb < 5 g/dl
Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis
dengan keadaan hiprokromik (konsentrasi hemoglobin kurang), mikrositik yang
disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh. Kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan hemoglobin sehingga konsentrasinya dalam
sel darah merah berkurang,
hal ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen
ke seluruh jaringan tubuh (Tarwoto,2007).
Zat besi adalah suatu unsur gizi yang merupakan komponen pembentukan
Hb atau sel darah merah (Zulhaida, 2003).
2.
Penyebab Anemia Defisiensi Besi
a. Asupan yang tidak adekuat
Banyak faktor yang menyebabkan asupan zat
besi tidak adekuat misalnya asupan zat makanan/gizi yang kurang akibat kemiskinan, dimana makanan yang banyak
mengandung
zat
besi
seperti berasal
dari daging hewani, buah
dan sayuran hijau
tidak
dapat dikonsumsi
secara cukup. Pola asuh
dari kultur keluarga yang
mengutamakan pemenuhan gizi pada kepala keluarga mengakibatkan anggota keluarga yang lain seperti anak dan
ibu menjadi lebih sedikit. Kurangnya pengetahuan tentang makanan yang
mengandung banyak zat besi serta cara pengolahan makanan yang benar juga menjadi faktor asupan zat besi yang tidak adekuat. Adanya penyakit tertentu seperti gastritis, penyakit pada usus
halus akan mengganggu penyerapan zat besi. Tidak mengkonsumsi tablet penambah darah, dikarenakan ibu hamil yang tidak memeriksakan kandungannya ke petugas kesehatan. Faktor lain yang dapat menghambat penyerapan zat besi adalah adanya kebiasaan
mengkonsumsi
kopi dan teh secara bersamaan pada waktu makan.
b. Peningkatan kebutuhan
Ibu hamil memerlukan zat
besi
yang
lebih tinggi, sekitar 200-300% dari kebutuhan wanita tidak hamil. Hal ini
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin dan pembentuk darah ibu. Jika peningkatan kebutuhan tidak di
imbangi intake yang tidak adekuat maka akan terjadi ketidakseimbangan atau
kekurangan
zat besi (Tarwoto,2007).
Tabel 2.1
Rata-rata Kebutuhan Zat Besi Wanita Hamil
|
Jumlah sel darah merah ibu hamil bertambah sampai 30%. Oleh karena
itu, dibutuhkan
tambahan
zat besi untuk pembentukan
sel darah merah yang baru. Selain akan mendukung proses kehamilan, penambahan sel darah ini dibutuhkan pula pada proses persalinan dan menyusui (Huliana M, 2001).
Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah
sel darah merah dan
membentuk sel darah
merah
janin dan plasenta.
Makin sering seorang
wanita mengalami kehamilan dan melahirkan
akan semakin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis.
Sebagai gambaran beberapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan :
Meningkatkan sel darah ibu 500 mgr Fe
Terdapat dalam plasenta 300 mgr Fe
Untuk darah janin 100 mgr Fe
Jumlah 900 mgr Fe
Jika persediaan cadangan Fe
minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe
tubuh dan
akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu
hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada
kehamilan 32 sampai 34 mg. jumlah peningkatn sel darah 18% sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%.
Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr % dan Hb akan menjadi 8,5 sampai 10 gr %.
Setelah persalinan dengan lahirnya plasenta dan
pendarahan ibu akan kehilangan
zat besi
sekitar 900 mgr. Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan Air Susu Ibu (ASI) untuk pertumbuhan
dan
perkembangan
bayi. Dalam
keadaan anemia,
laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik (Manuaba, 1998).
3 Makanan sumber zat besi
Ada dua jenis zat besi yang terdapat di dalam komponen yaitu :
zat besi yang berasal dari hem
dan bukan hem. Zat besi
yang berasal dari
hem merupakan penyusun
hemoglobin dan
myglobin, zat besi jenis ini terkandung
didalam daging ikan dan unggas, serta hasil olahan darah. Zat besi dari hem ini terhitung sebagai fraksi yang relative kecil dari seluruh masukan zat
besi. Dibanyak negara sedang berkembang, masukan zat
besi yang berasal dari
hem lebih rendah atau sama sekali dapat diabaikan.
Zat besi yang bukan berasal dari hem, merupakan sumber yang lebih penting dan
ditemukan dalam tingkat yang berbeda-beda pada seluruh makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
seperti sayur-sayuran,
buah-buahan, biji- bijian dan kacang-kacangan serta serelia, dalam jumlah yang sedikit terdapat didalam daging, telur, ikan.
Zat besi selain diperoleh dari bahan makanan juga bisa dari makanan yang mengandung zat besi eksogen yang berasal dari tanah, debu dan air atau panci tempat memasak. Keadaan ini
lebih sering terjadi di negara yang sedang berkembang. Jumlah zat besi cemaran di dalam makanan mungkin beberapa kali lebih besar dibandingkan dengan jumlah zat besi dalam makanannya sendiri.
Memasak makanan didalam panci besi bisa meningkatkan kandungan zat
besi beberapa kali lipat, terutama sup yang mengandung sayuran yang mempunyai PH rendah dan dididihkan terlalu lama. Menggoreng dengan kuali besar biasanya tidak meningkatkan kandungan zat
besi dalam makanan. Zat
besi yang dilepas
selama memasak akan berikatan dengan kelompok zat besi bukan hen dan siap
untuk diserap. Bentuk lain zat besi eksogen terdapat dalam makanan seperti gandum, gula dan garam yang telah diperkaya dengan zat besi atau garam besi (Zat besi diperoleh dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati dan telur) dan
bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua,
kacang-kacangan, tempe).
Mengkonsumsi pangan hewani dan nabati yang cukup beraneka ragam
baik jumlah maupun kualitasnya dapat membantu mencegah anemia gizi
besi (Wirakusumah, 2002).
Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C
(daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
Sumber makanan berzat besi tinggi diperoleh dari hati.
Itu sebabnya, ibu hamil perlu banyak makan hati. Pilihan lain diperoleh dari
daging, telur, kacang- kacangan dan sayuran berwarna hijau (Nadasul H, 2001).
Zat besi juga diperoleh dari ikan teri, kerang, kuning telur, susu, tempe dan susu kedelai, bayam juga makanan yang banyak mengandung vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga dan
sebagainya. Sebab kandungan asam
askorbat dalam vitamin C bisa meningkatkan penyerapan zat besi (Huliana M, 2001).
4. Tablet Tambah darah (TTD)
Tablet Tambah Darah (Ben-Folat) adalah tablet untuk
suplementasi
penanggulangan anemia gizi
yang setiap tablet mengandung Fero Sulfat 200 mg atau setara 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.
Adapun cara minum tablet tambah darah yaitu :
a. Minumlah 1 (satu)
tablet tambah darah seminggu sekali
dan
dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama haid
b. Untuk ibu hamil minumlah 1 (satu) tablet tambah darah setiap hari paling
Sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari.
Adapun yang harus diperhatikan tentang tablet tambah darah yaitu :
1) Minumlah tablet tambah darah dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi
dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang
2) Kadang-kadang
dapat
terjadi
gejala
ringan
yang tak membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air
besar dan tinja berwarna hitam
3) Untuk
mengurangi gejala
sampingan,
minumlah
TTD
setelah makan malam,
menjelang tidur.
Akan lebih baik bila
setelah minum
TTD disertai makan buah-buahan seperti pisang, pepaya, jeruk, dll.
4) Simpanlah TTD ditempat yang kering, terhindar dari sinar matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak.
Dan
setelah dibuka
harus ditutup kembali dengan rapat.
TTD
yang
telah berubah warna sebaiknya tidak diminum (warna asli merah darah)
5) Tablet tambah darah
tidak menyebabkan tekanan darah
tinggi
atau
kebanyakan darah
Kegiatan suplementasi ini
untuk setiap kelompok sasaran mempunyai strategi operasional
yang berbeda.
Anemia
pada kehamilan umumnya
terjadi akibat kekurangan zat besi didalam tubuh. Selama kehamilan absorpsi zat
besi berlangsung lebih efisien dan sangat
memberikan respon
yang
sangat
baik terhadap pengobatan ferro sulfat
secara oral.
Anemia
pada ibu hamil
dapat dicegah dan diobati dengan memberikan ferro sulfat setiap hari.
Defisiensi asam folat juga
dijumpai pada ibu hamil, oleh sebab itu dianjurkan untuk memberikan pil ferro sulfat dan asam folat untuk pengobatan
anemia pada kehamilan. Suplementasi zat besi secara oral merupakan suatu cara penanggulangan langsung anemia gizi
besi pada suatu penduduk disamping
fortifikasi bahan makanan. Besarnya dosis yang dianjurkan untuk suplementasi zat besi
memerlukan pertimbangan
terhadap
beberapa faktor.
Pada populasi dimana prevalensi defisiensi zat
besi tinggi terutama bagi wanita yang akan memasuki kehamilan, banyak yang mengalami anemia, maka
dosis yang lebih tinggi perlu diberikan, dibandingkan dengan daerah seperti pada
negara maju, dimana wanita sebelum hamil mempunyai reserve zat besi rata-rata antara 200 -
300 mg di
dalam hati. Jumlah ini diperkirakan cukup untuk memenuhi kenaikan
kebutuhan zat besi pada kehamilan dan mencegah terjadinya defisiensi anemia
besi ringan (Mahdin, 1989).
Untuk mengatasi masalah anemia gizi
besi pada ibu
hamil, pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sudah sejak tahun 1970 melalui program Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga (UPKG)
telah
mendistribusikan tablet
besi dimana 1
tablet berisi 200 mg ferro sulfat dan 0,25 mg asam folat, ditujukan pada semua ibu hamil yang
mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Pemberian tablet diutamakan pada kehamilan trimester III dengan dosis 1 tablet per hari. Ferro sulfat yang terdapat dalam tablet besi
yang dibagikan
pada ibu
hamil mengandung
30% unsur
besi. Setiap ibu hamil diharapkan
meminum
paling sedikit 90 tablet. Dari 90 tablet tersebut diperkirakan 84% ferro sulfat yang dapat diabsorpsi oleh tubuh untuk mencukupi kebutuhan zat besi perlu didapat dari makanan.
Distribusi suplementasi zat
besi saat
ini berbeda dengan sebelumnya. Untuk ibu hamil komposisi TTD berisi 60 mg elemental iron dan 0,25 mg asam folat. Untuk pencegahan diberikan setiap hari 1 tablet selama 90 hari. Sedangkan apabila kadar Hb kurang dari 11 gr/dl maka diberikan dosis 3 x
1 tablet menurut Mahdin (1989), efek samping yang ditemukan pemberian pil
besi adalah yang berhubungan
dengan saluran pencernaan atas seperti mual, muntah dan nyeri perut, yang berhubungan
dengan saluran pencernaan
bawah seperti diare dan konstipasi.
Pada penelitian sederhana
yang dilakukan oleh Akromah tahun
1997 dalam Mahdin (1989) di
Desa Grogol Kecamatan Limo Kabupaten Bogor masih ditemukan keluhan terhadap efek samping TTD yaitu sebesar 17,65%. Walaupun keluhan efek samping telah menurun, ibu
hamil belum teratur minum TTD. Adapun alasan tidak teratur adalah karena malas dan
lupa.
Fenomena ini menunjukkan bahwa mereka yang
menunjukkan bahwa mereka yang malas dan
lupa dapat disebabkan masih rendahnya kesadaran ibu hamil untuk meningkatkan kesehatannya serta kesehatan janin yang dikandungnya.
Rendahnya kesadaran ini
dapat disebabkan oleh rendahnya pengetahuan tentang anemia dan pencegahannya.
0 comments:
Posting Komentar