1. Pengertian Masa nifas
Pasca partum
adalah masa kira-kira 6 (enam) minggu setelah kelahiran bayi, selama tubuh beradaptasi keadaan sebelum hamil, disebut dengan puerperium (Ladewig, Patricia W, 2005, hlm. 227).
Masa puerpurium atau
masa nifas
mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 (enam) minggu. Akan tetapi, seluruh
alat genital
baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 ( tiga ) bulan (Sarwono,
2006, hlm. 237).
Pada awal
tahun kehamilan dapat terjadi perubahan besar pada otot rahim yang
mengalami
pembesaran ukuran karena pembesaran selnya dan
pembesaran ukuran- ukuran karena pertambahan jumlah selnya sehingga dapat menampung pertumbuhan dan perkembangan janin sampai cukup bulan dengan berat lebih dari 2500 gram. Berat rahim
menjadi sekitar 1 kg
,
yang semula
hanya 30 g setelah persalinan terjadi proses sebaliknya yang disebut
“involusi” ( kembalinya rahim keukuran semula ) dimana
secara berangsur-angsur otot rahim mengecil kembali sampai berat semula pada minggu
ke tujuh ( 42 hari )
Pemeriksaan setelah
kala nifas tidak banyak mendapat perhatian
para ibu karena
sudah merasa baik dan selanjutnya semua berjalan lancar. Pemeriksaan setelah kala nifas sebenarnya sangat penting dilakukan untuk mendapatkan penjelasan yang berharga dari bidan atau dokter yang menolong persalinan itu. Diantara masalah penting tersebut adalah melakukan evaluasi secara menyeluruh
tentang alat kelamin dan terutama mulut rahim
yang mungkin
masih
luka
akibat
proses
persalinan. Penyembuhan
yang menyebabkan mulut
rahim
kaku, dan
menyulitkan persalinan yang
akan
datang (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1999, hlm. 151).
2. Perubaham anatomi dan fisiologi pada masa nifas
Untuk
memberikan perawatan
yang menguntungkan
ibu,
bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan
pengetahuannya tentang anatomi dan fisiologi
ibu
antara lain:
a. Uterus
Proses involusi ialah
proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di
garis tengah, kira-kira 2
cm dibawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promotorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus
sewaktu
usia kehamilan 16 minggu (kira-kira
sebesar
grapefruit ( jeruk asam ))
dan
beratnya kira-kira 1000 g.
Dalam waktu 12 jam , tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm
di
atas umbilikus. Dalam
beberapa hari kemudian, perubahan
evolusi
berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi
pada abdomen
pada hari
ke-9
pascapartum.
Uterus yang
pada waktu hamil penuh beratnya
11 kali
berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 g 1 minggu setelah melahirkan dan
350
g
(11 sampai 12 ons)
2
minggu setelah lahir. Seminggu
setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul sejati
lagi. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50
sampai 60 g. Subinvolusi ialah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak
hamil. Penyebab subinvolusi yang
paling sering
ialah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi (Bobak, 2004, hlm. 493).
b.
Lokia
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringka li disebut lokia, mula-
mula berwarna merah, kemudian berubah menjadi merah
tua atau merah coklat.
Rabas
ini dapat mengandung
bekuan darah kecil.
Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi. Setelah waktu
tersebut, aliran lokia
yang keluar harus semakin berkurang.
Lokia rubra
terutama mengandung darah dan debris desidua serta debris
trofoblastik.
Aliran menyembur, menjadi
merah
muda
atau coklat setelah 3 sampai 4 hari (lokia serosa). Lokia serosa terdiri dari
darah lama (old blood),
serum, leukosit, dan
debris jaringan. Setelah
10 hari
setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (lokia alba).
Lokia
alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum, dan
bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama dua sampai enam minggu
setelah bayi
lahir.
Lokia
rubra yang
menetap
pada awal periode
pascapartum menunjukkan perdarahan berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membrane yang tertinggal. Terjadinya perdarahan ulang setelah hari ke-10 pascapartum
menandakan
adanya
perdarahan
pada bekas tampat
plasenta yang mulai memulih. Namun, setelah
3 sampai 4 minggu, perdarahan mungkin disebabkan
oleh infeksi atau subinvolusi. Lokia serosa atau
lokia alba yang berlanjut bisa
menandakan
endometritis, terutama jika disertai
demam, rasa sakit, atau nyeri
tekan
pada abdomen yang dihubungkan
dengan pengeluaran cairan. Bau lokia
menyerupai bau
cairan menstruasi; bau yang
tidak sedap
biasanya menandakan
infeksi.
Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginaan post partum adalah lokia. Sumber umum lain ialah laserasi vagina atau
serviks yang tidak diperbaiki
dan
perdarahan bukan lokia (Bobak ,2004 ,hlm. 493).
c.
Serviks
Servik menjadi lebih tebal
dan lebih keras; pada akhir minggu pertama post
partum,
serviks
masih
akan
berdilatasi sekitar 1 cm.
involusi serviks yang lengkap bisa berlangsung 3 sampai
4 bulan. Kelahiran
anak bisa mengakibatkan
perubahan
permanen pada ostium
serviks dari
bulat
menjadi memanjang
(Straight, Barbara R, 2004, hlm. 190).
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas
(18) jam postpartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah
uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh
selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol
ke vagina) terlihat memar dan ada
sedikit laserasi
kecil kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi. Muara serviks, menutup secara bertahap. Dua jari mungkin masih dapat dimasukkan ke dalam
muara
serviks
pada hari
ke-4
sampai ke-6
postpartum, tetapi hanya tangkai
kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada akhir minggu ke-2. Muara
serviks eksterna tidak
akan berbentuk
lingkaran seperti sebelum melahirkan,
tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah, sering disebut seperti mulut ikan. Laktasi menunda produksi estrogen yang
mempengaruhi mucus dan mukosa (Bobak, 2004, hlm. 493).
d.
Vagina dan Perineum
Segera setelah melahirkan, vagina tetap terbuka lebar. Mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada introitus. Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi
edema. Sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan
umumnya longgar. Ukurannya menurun
dengan kembalinya rugae
vagina
sekitar
minggu
ketiga postpartum.
Ruang vagina selalu
sedikit
lebih besar
daripada
sebelum kelahiran pertama.
Akan tetapi, latihan pengencangan secara perlahan mengencangkan vaginanya. Pengencangan ini sempurna pada akhir puerperium
dengan latihan setiap hari
(Varney, Helen, 2007, hlm. 960).
Pada masa postpartum, kadar estrogen menurun mengakibatkan penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula teregang akan
kembali
secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, enam sampai
8 minggu setelah bayi
lahir. Rugae akan
kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun
tidak akan semenonjol pada
wanita nulipara.
Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina.
Kekeringan lokal dan rasa tidak
nyaman saat koitus (dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembli normal dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut
air saat melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri.
Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-
tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak
saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam dua sampai
tiga minggu.
Hemoroid (varises anus) umumnya terlihat. Wanita sering mengalami
gejala terkait, seperti
rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defecator. Ukuran
hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir (Bobak, 2004, hlm. 495).
e.
Payudara
Ibu menyusui,
untuk dua puluh empat
jam sampai tujuh puluh dua jam pertama
sesudah
melahirkan,
payudara
akan
mengeluarkan kolostrum suatu
cairan kuning jernih yang merupakan
susu pertama untuk bayi. Air susu yang
lebih matang akan muncul antara hari kedua sampai kelima. Pada saat ini payudara akan membesar (penuh, keras, panas, dan nyeri) yang dapat menimbulkan kesulitan dalam menyusui. Menyusui dengan interval waktu yang
sering akan dapat mencegah pembengkakan payudara atau membantu meredakan.
Ibu yang tidak menyusui, payudara dari
ibu yang tidak menyusui
kemungkinan akan
mengalami perubahan awal yang
sama dengan
ibu
yang menyusui. Mengikat payudara, memberi kompres es, dan menghindari stimulasi
pada payudara adalah cara-cara efektif untuk mengurangi produksi air susu dan
meningkatkan kenyamanan. Tindakan ini sama membantunya seperti penggunaan obat-obat
penghenti
ASI
yang dahulu biasa
diberikan, tetapi
sekarang sudah dihentikan
karena efek sampingnya serius (Simkin, Penny, 2007,
hlm. 321).
Laktasi
dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat
melahirkan. Apakah wanita memilih menyusui atau
tidak, ia dapat mengalami
kongesti payudara selama beberapa hari pertama post partum
karena tubuhnya mempersiapkan untuk memberikan nutrisi
kepada bayi. Wanita yang menyusui berespons
terhadap
menstimulus bayi
yang disusui akan terus
melepaskan hormon
dan
stimulasi alveoli
yang memproduks i
susu.
Bagi wanita yang
memilih memberikan
makanan
formula, involusi jaringan payudara
terjadi
dengan menghindari stimulasi (Varney, Helen, 2007, hlm. 960).
KONSEP SENAM NIFAS
1. Pengertian senam nifas
Senam nifas
adalah gerakan untuk mengembalikan otot perut yang kendur karena peregangan selama hamil. Tak ada yang perlu dikhawatirkan dalam melakukan latihan ini jika timbul rasa nyeri sebaiknya dilakukan perlahan tapi jangan tidak melakukannya
sama sekali.
Senam ini
dilakukan sejak hari setelah melahirkan hingga hari kesepuluh, dalam
pelaksanaannya harus dilakukan secara bertahap yang dimulai dari tahap yang paling sederhana hingga yang dengan mengulang gerakan (Hariningsih, 2004)
Senam nifas adalah senam yang dilakukan untuk mengembalikan kekendoran
otot dinding perut dan mengembalikan kekencangan otot dasar panggul
dan otot liang senggama (Mochtar, Rustam, 1998, hlm. 229).
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari
pertama melahirkan setiap hari
sampai hari yang kesepuluh. Tentu saja senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih (Muhammad Taufik, 2008, Seputar senam nifas, 1,
http://www.ibudananak.com diperoleh tanggal 19 September 2008).
Setelah persalinan seorang ibu baru memasuki masa pemulihannya dan
perlahan
kembali kekondisi semula, tindakan tirah baring dan senam pasca persalinan membantu
proses fisiologis ini secara perlahan. Senam nifas adalah untuk mempertahankan dan
untuk meningkatkan sirkulasi ibu pada masa post partum segera ketika ia
mungkin
beresiko mengalami trombosis vena atau komplikasi sirkulasi lain (Eileen Brayshaw, 2007, hlm. 105).
2. Manfaat senam nifas
Adapun beberapa manfaat senam nifas adalah :
a. Memperbaiki elastisitas
otot-otot yang telah mengalami penguluran.
b.
Meningkatkan ketenangan dan mempelancar sirkulasi darah.
c. Mencegah pembuluh darah menonjol, terutama di kaki.
d.
Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki.
e. Mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil.
f. Mengembalikan rahim pada posisi semula.
g. Mempertahankan postur tubuh yang baik.
h. Mengembalikan kerampingan tubuh.
i. Membantu kelancaran pengeluaran ASI (Huliana,Mellyana, 2003, Hlm. 95) Manfaat
senam
nifas adalah untuk membantu memperbaiki sirkulasi darah,
memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus,
pelvis,
dan perenggangan
otot abdomen
atau disebut
juga pasca
persalinan
dan memperbaiki juga memperkuat otot panggul (Muhammad Taufik, 2008, Senam Nifas,
4, http://www.ibudananak.com diperoleh tanggal 19 September 2008).
Umumnya, wanita yang habis melahirkan
kerap mengeluhkan bentuk tubuhnya
yang melar. Meski harusnya dimaklumi, akibat membesarnya otot rahim
karena pembesaran sel maupun pembesaran
ukurannya selama hamil. Selain otot perut pun jadi memanjang sesuai pertumbuhan kehamilan. Setelah melahirkan, otot-otot tersebut akan
mengendur. Belum lagi kondisi
tubuh yang kurang prima lantaran letih dan tegang. Sementara peredaran darah
dan pernapasan
belum
kembali normal. Hingga untuk membantu mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula, tak bisa lain harus dengan latihan senam nifas yang teratur .
Manfaat lain senam nifas juga untuk mengencangkan otot perut, liang sanggama, otot-otot
sekitar
vagina
maupun otot-otot dasar
panggul,
disamping
melancarkan
sirkulasi
darah. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, lalu secara teratur setiap hari.
Sayangnya, para ibu kerap merasa takut melakukan gerakan demi gerakan setelah persalinan. Padahal
6 jam setelah persalinan
normal atau 8 jam
setelah
operasi sesar, ibu sudah boleh melakukan mobilisasi dini, termasuk senam
nifas. Dengan melakukan
senam
nifas segera mungkin, hasil yang didapat pun
diharapkan bisa optimal.
Tentunya
lakukan secara bertahap (Khasanah,
2008, senam nifas,¶ 2, http://www.tabloid-nakita.com diperoleh tanggal 2 September 2008).
Dengan melakukan
senam nifas, kondisi umum
ibu
jadi lebih baik. Rehabilitasi
atau pemulihan jadi bisa lebih cepat, contohnya kemungkinan
terkena infeksi pun
kecil karena sirkulasi darahnya bagus. Selain menumbuhkan atau memperbaiki nafsu makan, hingga asupan makannya bisa mencukupi
kebutuhannya. Paling tidak, dengan melakukan senam nifas, ibu tak terlihat lesu ataupun emosional.
Bentuk latihan senam antara ibu yang habis melahirkan normal dengan yang sesar tidaklah sama. Pada mereka yang sesar, beberapa jam setelah keluar dari kamar operasi, pernapasanlah yang dilatih
guna mempercepat penyembuhan luka. Sementara
latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah di tungkai baru dilakukan 2-3
hari setelah ibu
dapat
bangun
dari
tempat
tidur. Sedangkan
pada persalinan normal, bila keadaan ibu cukup baik, semua gerakan senam bisa dilakukan.
Secara umum melahirkan adalah peristiwa berdurasi panjang, yang berarti bahwa
ibu
mungkin merasa lelah dan sakit serta sistem reproduksinya akan memerlukan waktu
untuk pulih dari melahirkan itu sendiri (Helen, Varney, 2003, hlm. 197)
3. Cara dan metode senam nifas
Umumnya, para ibu post
partum takut melakukan banyak gerakan. Sang ibu biasanya
khawatir gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan dampak yang
tidak diinginkan. Padahal, apabila ibu bersalin melakukan
ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya proses involusi
uteri
(kembalinya rahim
ke
bentuk semula).
Salah
satu aktivitas yang dianjurkan untuk dilakukan para ibu setelah
persalinan
adalah
senam nifas. Senam ini dilakukan sejak hari
pertama setelah melahirkan hingga hari
kesepuluh. Dalam pelaksanannya, harus dilakukan
secara bertahap, sistematis, dan
kontinyu. Tujuan senam nifas ini
di antaranya memperbaiki sirkulasi
darah, memperbaiki sikap tubuh setelah hamil
dan
melahirkan, memperbaiki
tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot abdomen atau perut setelah hamil, memperbaiki
regangan otot tungkai bawah, dan meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot
dasar panggul.
Ada beberapa cara senam nifas :
a. Asuhan senam nifas
atau latihan fisik:
1)
Mengajarkan latihan ringan tertentu yang membantu memperkuat tonus
otot jalan lahir dan dasar panggul.
2)
Menjelaskan
pentingnya pengembalian otot-otot
perut dan
panggul kembali normal. Ibu akan
merasa telah kuat dan menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung. Jelaskan bahwa latihan atau senam beberapa
menit setiap hari sangat membantu, seperti:
a) Latihan pernapasan dan otot perut:
(1) Dengan tidur telentang
(2) Lengan disamping
(3) Menarik otot selagi menarik nafas
(4) Tahan napas kedalam dan angkat dagu ke dada; tahan 1 hitungan
sampai
b)
Latihan memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)
(1) Kerutkan otot
vagina
dan anus seperti
menahan kencing
dan buang air besar dan tahan sampai hitungan 5.
(2) Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
(3) Mulai dengan menggerakkan 5 kali latihan untuk setiap gerakan, setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak.
(4) Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap
gerakan sebanyak 30 kali.
b. Menurut Mellyna Huliana :
1). Pakaian dilonggarkan, tidur telentang dengan satu bantal kedua lutut lurus dan tangan disamping badan.
2). Letakkan kedua telapak tangan diatas perut, yaitu di sekitar pusat sebagai perangsang.
3). Tidur telentang dengan satu bantal, kedua lutut dibengkokkan setengah
tinggi dan telapak kaki rata pada kasur.
4). Tidur telentang dengan satu bantal, kedua lutut dibengkokkan setengah
tinggi, lurus
dan
dirapatkan. Tangan terentang di samping dengan bahu lurus.
5). Duduk tegak berdiri, kedua tangan saling berpegangan pada lengan bawah dekat siku. Angkat siku sejajar dengan bahu.
6). Berdiri dengan kedua tangan di belakang punggung.
7). Tidur terlentang tanpa bantal dan tangan di samping badan, kerutkan pantat, kempeskan
perut sehingga bahu menekan
kasur, ulurkan leher dan lepaskan.
8). Posisi duduk atau berdiri, kedua tangan diletakkan di atas sendi bahu.
9). Berdiri dengan kaki sedikit direnggangkan. (Mellyna, Huliana, 2003, hlm.
96-103)
c.
Menurut Biro Hukum Dan Humas Dep.Kes. RI, latihan senam nifas terdiri dari :
1). Latihan menarik nafas.
Bantal kecil diletakkan dibawah bahu dengan kedua tangan dibawah kepala,
wanita menarik nafas panjang dan pelan-pelan.
2). Berulang-ulang mengangkat dan menurunkan tungkai, untuk memperkuat
otot-otot perut.
3). Mengangkat tungkai untuk kemudian secara pelan-pelan menurunkannya.
4). Mengangkat kepala dan bahu untuk memperkuat tonus otot-otot perut.
5). Bangun dari sikap berbaring ke sikap duduk dengan meluruskan kedua lengan.
6). Bangun dari sikap berbaring ke sikap duduk dengan menarik kedua tangan
dibelakang kepala (Biro Hukum Dan Humas Dep.Kes. RI, 1997, hlm. 162- 163)
Latihan senam post partum harus dilakukan sesegera mungkin. Ibu harus mulai dengan latihan senam yang sederhana kemudian dilanjutkan dengan
gerakan yang lebih berat, yang dijelaskan dalam bentuk lampiran. (Bobak, 2002,
hlm. 53
0 comments:
Posting Komentar