Tingginya mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. WHO (World Health Organization) memperkirakan pada tahun 1996, lebih dari 585.000 ibu pertahun meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan 1 kematian dari 18 ibu yang meninggal akibat kehamilan atau persalinan. Di Afrika 1 kematian dari 14 ibu yang meninggal akibat kehamilan atau persalinan. Sedangkan di Amerika Utara hanya 1 kematian dari
6.3666 ibu yang meninggal akibat kehamilan atau persalinan selama hidupnya
(Saifuddin, 2001).
Tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup merupakan yang tertinggi di ASEAN (Association of South East Asian Nation). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah anemia, kurang energi kronik (KEK) dan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering dan banyak) (Saifuddin,
2001).
Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu. Karena itu, ibu hamil membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama suami, agar dapat menjalani proses kehamilan sampai melahirkan dengan nyaman dan aman (Musbikin, 2005)
Dukungan dan peran serta pria dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan, bahkan juga dapat memicu produksi ASI. Keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan ASI sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami selama masa kehamilan (Triaseka,2007).
Selama ini kebanyakan anggota keluarga, baik orang tua, mertua, anak dan terutama suami sering kali berkeyakinan bahwa setiap wanita hamil bukanlah merupakan peristiwa yang istimewa. Para suami lebih sering memandang penderitaan istri selama menjalani kehamilan dan kelahirkan sebagai suatu yang wajar dan harus dialami perempuan hamil (Musbikin, 2005).
Pada umumnya masyarakat kita yang dikenal dengan kondisi yang berakar kuat pada agama Islam, sampai saat ini belum mengetahui sejauh mana peran para suami dalam mendukung dan menjaga kehamilan istrinya, sehingga masa kehamilan bukan hanya menjadi masalah bagi para ibu melainkan para suami juga mengambil peran penting dalam memberikan dukungan selama masa kehamilan berlangsung.
Pengertian Kehamilan
Kehamilan dimulai dari proses pembuahan (konsepsi) sampai sebelum janin lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat menghasilkan sel telur dan sperma suami normal. Apabila pada saat yang bersamaan sel telur bertemu dengan sel sperma, kemungkinan bisa terjadi pembuahan. Proses masuknya sel sperma ke dalam sel telur disebut pembuahan ( Endjun, 2002).
Perubahan Dalam Masa Kehamilan
Perubahan dalam kehamilan meliputi perubahan fisik dan perubahan psikologis diantaranya:
a. Perubahan fisik.
Menurut Sarwono (1999), pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita baik anatomik maupun fisiologik yang dipengaruhi oleh hormon seperti somatomammotropin, estrogen dan progesteron diantaranya perubahan uterus yang semakin membesar sesuai dengan pembesaran janin. Pada masa kehamilan kelenjar serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekret lebih banyak sehingga banyak wanita hamil yang mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak, adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vulva dan vagina tampak lebih merah agak kebiru-biruan.
Pada trimester pertama: wanita hamil mengalami keluhan mual muntah karena kadar estrogen meningkat, anoreksia (tidak nafsu makan), sering kencing, obstipasi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid, terjadi salivasi yaitu pengeluaran air liur berlebihan dari biasanya, sakit kepala dan pusing.
Pada trimester kedua: payudara pada ibu hamil akan membesar, lebih tegang disebabkan pengaruh hormon yang merangsang duktuli dan alveoli dimamma. Biasanya pada kehamilan 12 minggu keatas putting susu akan mengeluarkan cairan colostrum. Pada usia kehamilan ini terjadi pigmentasi kulit, pipi, hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan dikenal dengan kloasma gravidarum, linea alba digaris tengah abdomen menjadi lebih hitam atau dikenal juga dengan linea grisea. Gerakan janin juga mulai dirasakan oleh ibu pada akhir trimester kedua.
Pada trimester ketiga: wanita hamil mengalami rasa sesak dan pendek napas, hal ini disebabkan karena usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar, gerakan janin mulai terasa jelas, keram kaki, varises, edema, sering buang air kecil, mengalami kesulitan tidur, rahim mulai mengalami kontraksi ringan disebut Braxton Hicks.
b. Perubahan psikologis.
Menurut Sarwono (1999), penyakit dan komplikasi obstetri tidak semata-mata disebabkan oleh gangguan organik tapi juga dapat diperberat oleh gangguan psikologis. Latar belakang timbulnya penyakit atau komplikasi dapat dijumpai dalam pelbagai tingakat ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikoseksual dalam rangka kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang sedang dihadapi khususnya kehamilan dan persalinan.
Pada trimester pertama: Beberapa wanita mengalami reaksi psikologis dan emosional pertama terhadap kehamilan dan segala akibatnya berupa kecemasan, dan perasaan panik.
Pada trimester kedua: dalam masa ini wanita sudah dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan, ibu mulai merasakan senang terhadap gerakan janin dan perut menjadi lebih besar.
Pada trimester ketiga: kehidupan psikologik-emosional dikuasi oleh perasaan dan pikiran cemas mengenai persalinan yang akan datang dan tanggung jawab sebagai ibu yang akan mengurus anaknya, biasanya pengalaman yang tidak menyenangkan dalam kehamilan atau riwayat persalinan lalu berpengaruh terhadap emosional ibu.
Bentuk-bentuk Keterlibatan suami selama kehamilan.
Menurut Edjun (2002), Untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat, banyak cara yang dapat dilakukan salah satunya berusaha menambah pengetahuan seputar kehamilan sehingga kehamilan yang telah direncanakan
akan berjalan lancar dan berbagai keluhan, gangguan atau kelainan yang mungkin terjadi saat kehamilan berlangsung dapat dihindari, suami sebagai orang terdekat dengan istri mempunyai peranan penting untuk mempunyai pengetahuan yang baik agar dapat ikut serta aktif selama kehamilan istri, bentuk keikutsertaan suami diantaranya:
a. Memperhatikan gizi selama kehamilan
Gizi yang baik merupakan hal yang penting pada masa kehamilan. Suami yang perduli terhadap kehamilan istrinya dapat menyediakan gizi yang baik, kesigapan untuk mengingatkan dan memotivasi istri untuk mengkonsumsi nutrisi yang memadai. Hal tersebut dilakukan agar ibu hamil dan bayinya tetap sehat (Musbikin, 2005)
Secara kuantitas, ibu perlu lebih banyak makan dari biasanya untuk disubsidikan kepada janin dalam rahim. Secara kualitas, makanan yang masuk harus cukup kandungan protein, vitamin serta zat gizi lainnya. Dan kewajiban ayahlah untuk menyediakan semua kebutuhan pangan ibu demi pertumbuhan janin tersebut (Anonymous, 2000).
Kebutuhan makanan bagi wanita hamil lebih banyak daripada kebutuhan untuk wanita tidak hamil. Kegunaan makanan tersebut adalah untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan, untuk mempertahankana kesehatan dan kekuatan tubuh ibu, untuk mempercepat penyembuhan luka pada masa nifas dan untuk mengadakan persiapan cadangan untuk masa laktasi (Sari, 2003).
b. Memeriksakan kehamilan sejak dini.
Agar dapat melalui masa kehamilan yang aman dan nyaman, ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal) secara teratur (Musbikin, 2006).
Dalam masa kehamilan, suami dapat mendukung istrinya agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, menyediakan transportasi atau dana untuk biaya konsultasi. Dukungan lain yaitu suami bisa mencari informasi tentang kehamilan dan menemani istri saat memeriksakan kehamilan. Sehingga suami dapat mengikuti perkembangan kehamilan istri dan dapat belajar mengenai gejala dan tanda-tanda komplikasi kehamilan (Musbikin, 2005).
Suami dan anggota keluarga lainnya memegang peranan penting dalam mendapatkan pelayanan sesegera mungkin. Suami biasanya pemegang keputusan ketika kondisi istri dalam keadaan membutuhkan pertolongan segera (Lucianawaty, 2000).
c. Menjaga kesehatan fisik dan mental ibu.
Saat istri hamil tugas seorang suami dapat dikatakan bertambah. Hal ini dikarenakan perhatian yang dibutuhkan istri dari suami menjadi lebih dari saat ia tidak hamil, yang antara lain disebabkan kondisi fisik isteri yang lebih lemah. Ibu hamil juga harus diingatkan dan diberi kesempatan untuk beristirahat dengan cukup. Perubahan hormon dan kondisi psikologis selama kehamilan adalah hal lain yang perlu diperhatikan juga oleh suami. Kadang, ibu hamil menjadi lebih manja dan menuntut perhatian lebih dari suami, hal
tersebut sangat menuntut kesabaran suami untuk menghadapnya. Perhatian yang cukup dari suami akan membuat ibu hamil merasa tenang, sehingga berpengaruh positif terhadap bayi yang dikandungnya (Musbikin, 2005).
d. Mengusahakan agar persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
Suami dapat membantu merencanakan kelahiran harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan menyiapkan dana untuk persiapan kelahiran. Suami juga dapat menyediakan transportasi dan bahan-bahan yang diperlukan saat persalinan (Anonymous, 2005).
0 comments:
Posting Komentar