Dismenorea merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi ke dokter, puskesmas atau datang kebidan. Dikenal dua bentuk dismenorea, yaitu :
a. Dismenorea primer, yaitu nyeri haid yang tidak terdapat kelainan organ dimana rahim dalam batas normal.
b. Dismenorea sekunder, yaitu nyeri haid bila terdapat kelainan organik seperti mioma, polip endometrial, dan endometriosis (Moore, 2001).
Penyebab pasti dismenorea primer belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Tetapi teori yang paling masuk akal adalah nyeri pada otot rahim yang disebabkan aliran darah tidak lancar (Llewellyn,
2005).
Etiologi dismenorea berbeda antara dismenorea primer dengan dismenorea sekunder yaitu:
a. Dismenorea primer
Dismenorea primer diduga disebabkan oleh kontraksi otot rahim atau iskemi, faktor-faktor psikologis, dan faktor-faktor servikal. Biasanya dismenorea ini mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun, dan berkurang atau sembuh setelah pernah mengandung (Moore, 2001).
mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun, dan berkurang atau sembuh setelah pernah mengandung (Moore, 2001).
b. Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder disebabkan oleh kelainan ginekologi (Wiknjosastro, 2006).
Wanita dengan dismenorea mempunyai peningkatan aktifitas rahim, yang ditunjukkan sebagai peningkatan tonus istirahat, peningkatan kontraktilitas, peningkatan frekuensi kontraksi atau kerja yang tak terkoordinasi. Bukti bahwa prostaglandin terlibat dalam dismenorea adalah meyakinkan. Cairan haid dari wanita dengan dismenorea mempunyai kadar lebih tinggi daripada kadar prostaglandin normal (Moore, 2001).
Prostaglandin adalah C20 hidrokarbon dengan cincin siklopentan dan dihasilkan oleh enzim mikrosom (sintetaseprostaglandin) dari asam arakidonat. Ketika progesteron disekresi setelah ovulasi, endometrium yang telah mengalami luteinisasi sanggup mensintesis prostaglandin. Jika ada gangguan keseimbangan antara prostasiklin, yang menyebabkan vasodilatasi dan relaksasi endo metrium, prostaglandin F2α, yang menyebabkan vasokontriksi dan kontrasi miometrium, dan prostaglandin E2, yang menyababkan kontraksi miometrium dan vasodilatasi, sehingga kerja PGF2α lebih menonjol, akan terjadi iskemia miometrium (angina uterus) dan hiperkontraktilitas uterus. Di samping itu, vasopressin juga berperan pada dismenorea. Vasopresin meningkatkan sintesis prostaglandin dan dapat bekerja pada arteri-arteri uterus secara langsung (Llewellyn, 2001).
Manisfestasi klinik:
a. Dismenorea primer
Ada beberapa tanda klinis yang menunjukkan adanya dismenorea primer, yaitu:
1) Terjadi pada usia lebih muda (15-25 tahun) dan frekuensi menurun sesuai bertambahnya usia dan biasanya berhenti setelah melahirkan.
2) Sering terjadi pada nulipara.
3) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur, permulaan awal 90%
mengalami gejala di dalam 2 tahun menarche.
4) Nyeri timbul beberapa jam mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid.
5) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus spesifik.
6) Biasanya nyeri paling kuat terasa pada perut bawah dan menyebar ke punggung atau paha sebelah dalam.
7) Tidak dijumpai keadaan patologiklvik.
8) Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik.
9) Sering memberi respons terhadap pengobatan medika mentosa.
10) Pemeriksaan pelvik normal.
11) Sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala. b. Dismenorea sekunder
Ada beberapa tanda klinis yang menunjukkan terjadinya dismenorea sekunder, yaitu:
1) Terjadi pada usia lebih tua (30-40 tahun).
2) Tidak berhubungan dengan paritas.
3) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur.
4) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersama dengan keluarnya darah.
5) Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul.
6) Berhubungan dengan kelainan pelvik
7) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi.
8) Sering memerlukan tindakan operatif (Mansjoer, 2002) Ada pun gejala klinis dari dismenorea adalah :
• Nyeri abdomen bagian bawah
• Nyeri menjalar ke daerah pinggang dan paha
• Disertai sakit kepala, diare, mudah tersinggung, mual dan muntah
Penanganan dismenorea antara lain:
a. Dismenorea primer
1) Konseling
Memberi penjelasan bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Nasehat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup dan berolahraga bisa membantu mengurangi nyeri.
2) Pemberian obat analgetik
Obat analgetik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan lain-lain.
3) Terapi hormonal
Dengan cara pemberian pil kombinasi kontrasepsi.
4) Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin.
Pengobatan lainnya dengan pemberian terapi NSAIS (Non-Steroidal Anti- Imflammatory Drugs/obat Non-Steroid Anti-Prostaglandin (Coco, 2005, Cooper, 1996). Kebanyakan pasien yang menderita dismenorea primer menunjukkan perbaikan dengan terapi NSAID ini. Dilaporkan pelajar-pelajar yang sukses dengan menggunakan terapi ini sekitar 64-100%. Obat ini mempunyai rekor yang bagus sejak 15 tahun yang lalu (Coco, 2005).
5) Dilatasi kanalis servikalis
Merupakan upaya terakhir, apabila usaha-usaha lain gagal (Winkjosastro,
2006).
b. Dismenorea sekunder
Penanganan dismenorea sekunder harus sesuai dengan penyebabnya
(Manuaba, 2001).
0 comments:
Posting Komentar