KUMPULAN KTI KEBIDANAN DAN KTI KEPERAWATAN

Bagi mahasiswi kebidanan dan keperawatan yang membutuhkan contoh KTI Kebidanan dan keperawatan sebagai rujukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah bisa mendapatkannya di blog ini mulai dari BAB I, II, III, IV, V, Daftar Pustaka, Kuesioner, Abstrak dan Lampiran. Tersedia lebih 800 contoh kti kebidanan dan keperawatan. : DAFTAR KTI KEBIDANAN dan KTI KEPERAWATAN

MAKALAH KEPERAWATAN TERHADAP ORANG SAKIT

Senin, 21 Maret 2011

BAB I
PENDAHULUAN

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang mempunyai suatu paradigma atau model keperawatan yang meliputi empat komponen yaitu : manusia, kesehatan, lingkungan dan perawat itu sendiri.  Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang.
       Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk praktek keperawatan. Perilaku caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Caring mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan dengan ikhlas. Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan (Caring) secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku caring bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yg berbeda pada satu tempat, maka kinerja perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat penting dalam mempengaruhi  kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu pelayanan.
Dewasa ini perhatian perawat sudah beralih dari pendekatan yang berorientasi medis kepada pendekatan yang memusatkan perhatian pada pasien. Peran perawat tidak hanya berpusat pada fungsi fisik namun meluas pada aspek psikis pasien. Perawatan yang efektif dapat dicapai bila perawat menaruh minat terhadap pasien tanpa membedakan status sosial ekonominya.
  
BAB II
PEMBAHASAN
Keperawatan Terhadap Orang Sakit

2.1        Perawatan Secara Psikologis
2.1.1  Sikap Peduli (Caring)   
Dalam merawat orang sakit tidak hanya obat-obatan yang perlu diperhatikan melainkan juga emosional dan fisik. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan yang menunjukan sikap peduli dan membantu agar si sakit merasa aman dan nyaman antara lain :
1.      Mempersiapkan dan memberikan (makanan, minuman)
2.      Menjaga kesehatan; membantu menjaga kebersihan si sakit (mengantikan baju, merapikan rambut, mengantar ke kamar mandi)
3.      Memberi pertolongan pertama sesuai keluhan si sakit
4.      Mencegah luka; menganti posisi tidur tiap beberapa jam agar si sakit tidak menimbukan lecet (bila si sakit sulit bergerak)
5.      Membuat catatan harian
6.      Menghubungi petugas kesehatan
7.      Mengenal tanda-tanda bahaya
Selain itu merapikan tempat tidur; rasa nyaman si sakit terlihat dari tempat tidurnya, jika rapih maka si sakit akan merasa nyaman, jika berantakan maka dapat menimbulkan penyakit baru, tumbuh jamur atau tempat tidur jadi bau. Alat-alat dalam tempat tidur; selimut, seprei, bantal, seprei kecil, perlak, sarung bantal.
2.1.2 Sikap Empati Perawat
Tidak jarang anda mendengar baik itu dari surat kabar maupun kerabat anda, “Di Rumah Sakit A, perawatnya ramah-ramah, jadi sewaktu dulu aku sakit, belum minum obat aja rasanya sakitnya tinggal separuh” atau “Ketika aku dulu dirawat di Rumah Sakit B, perawatnya galak dan judes, rasanya penyakitku justru tambah parah saja” atau juga “Lebih baik aku berobat ke Rumah Sakit X yang sedikit lebih mahal tetapi perawatnya murah senyum daripada ke Rumah Sakit Y yang lebih murah tetapi perawatnya menderita ‘sakit gigi’ (sulit untuk senyum)”. Tidak dipungkiri fenomena tersebut tentunya akan sangat berpengaruh terhadap citra rumah sakit itu sendiri di mata masyarakat.
Frekuensi interaksi perawat dengan pasien tergolong paling sering dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lainnya, maka keberadaan perawat di rumah sakit sangat penting pula dalam memegang peranan atas kelangsungan kondisi pasien. Seorang perawat dengan empatinya akan membantu pasien. Perawat berkeharusan bersikap baik dan santun kepada seluruh pasien, baik itu bayi yang baru lahir sampai orang lanjut usia sekalipun. Sikap ini didasarkan pada pemikiran, pilihan sikap yang benar dan tepat dalam segala situasi, yaitu tempat dan waktu. Perawatan yang efektif mencakup pemberian perhatian kepada kebutuhan emosi sang pasien. Sikap perawat kepada pasien disesuaikan dengan usia pasien. Hal ini menguatkan bahwa kemampuan untuk dapat berempati sangat diperlukan sekali oleh perawat agar perawatan lebih efektif.
Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan apa yang dirasakan oleh orang lain secara psikologis. Empati memiliki beberapa fungsi yang dapat membantu seseorang dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di lingkungan masyarakat.
Florence Nightiangel, tokoh dunia yang mengubah persepsi dunia bahwa perawat itu merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan terhormat. Sebagai perawat dibutuhkan kemampuan khusus yang tidak semua orang memilikinya, yaitu kemampuan empati. Perawat yang memiliki empati diharapkan memiliki kemampuan empati, yaitu kemampuan untuk melakukan aksi komunikasi secara sadar kepada pasien sehingga dapat memahami dan merasakan suasana hati pasien tersebut. Perilaku yang muncul dari tiap perawat terhadap pasien berbeda-beda, hal ini terkait dengan kemampuan empati perawat itu sendiri, adapun yang mempengaruhi kemampuan empati, yaitu: pikiran yang optimis, tingkat pendidikan, keadaan psikis, pengalaman, usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, status sosial, dan beban hidup. Faktor-faktor tersebut diperlukan untuk menunjang perawat dalam meningkatkan kemampuan empati.
Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul dari diri seorang perawat begitu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan empati, yaitu:
1.   Peduli, perhatian dari perawat kepada pasiennya, sejauh mana komunikasi dapat terbentuk sehingga pasien dapat merasa nyaman karena diperhatikan.
2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap memiliki kemampuan empati yang tinggi, misalnya seorang rohaniawan, psikolog, maupun dokter di rumah sakit perawat tersebut mengabdi.
3.   Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah berlatih maka akan kalah dengan mereka yang masih pemula tetapi rutin untuk rajin berlatih mengasah kemampuan empatinya.
4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik dan melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan berbagi pengalaman dengan sesama rekan sekerja maka diharapkan perawat akan lebih tangguh dan hebat.
Dengan begitu maka perawat dapat meningkatkan kemampuan empatinya agar dapat lebih mengerti, memahami, dan menghayati tidak hanya kondisi fisik namun juga kondisi psikis pasien karena pada dasarnya pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit tentunya dengan tujuan memulihkan kondisi fisiknya yang sakit, padahal apabila kondisi fisik seseorang mengalami suatu keadaan sakit, maka akan mempengaruhi kondisi psikisnya, biasanya pasien akan lebih labil emosinya. Tenaga kesehatan khususnya perawat harus peka dengan keadaan seperti ini, perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi kondisi psikisnya juga, dengan berempati kepada pasien maka diharapkan pasien dapat sembuh lebih cepat.
Dengan kemampuan empati maka perawat memiliki kemampuan untuk menghayati perasaan pasien. Kemampuan empati seorang perawat dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri. Perawat perlu menjaga kondisi kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling mempengaruhi satu sama lain
Untuk dapat memiliki kemampuan empati, seorang perawat harus mampu bersosialisasi. Kebanyakan perawat memiliki sifat extovert (terbuka), maka akan lebih mudah dalam menangani pasien, karena pasien merasa nyaman dengan keberadaannya.
Kemampuan empati perawat hendaknya disertai juga keramahan kepada keluarga atau kerabat pengantar atau penunggu dari pasien lebih lagi kepada setiap pengunjung rumah sakit, karena sesungguhnya citra rumah sakit ditentukan oleh sikap yang diperlihatkan sumber daya tenaga kesehatan terutama perawat sebagai ujung tombak rumah sakit. Semoga dengan meningkatnya kualitas tenaga kesehatan terutama perawat di Indonesia ini maka diharapkan akan meningkatkan pula kesehatan dan kesejahteraan seluruh warga. Ingat bahwa obat yang paling manjur dalam menangani orang sakit adalah perhatian kepada orang sakit.

2.2    Perawatan Secara Fisik
Membuat catatan riwayat penderita, catatan ini diupayakan dapat mengetahui perkembangan penderita berdasarkan perawatan yang telah dilakukan, dalam catatan ini harus singkat dan jelas, sedangkan isi dari catatannya adalah sebagai berikut :
-     Nama, umur, berat badan
-     Tanggal, jam, suhu, nadi
-     Makanan, minuman
-     Obat yang diberikan dan perawatan
-     Bab dan bak
-     Kondisi dan gejala yang mungkin terjadi

 Mencatat gejala dan tanda yang timbul pada si sakit
Gejala:
-     Demam
-     Nyeri
-     Mual, muntah
-     Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali, warna dan bau tidak seperti biasa
-     Pusing perasaan mau pingsan
-     Sesak nafas
-     Rasa haus dan lapar berlebihan
-     Rasa aneh pada mulut
Tanda:
-     Perubahan status mental (tidak sadar dan bingung)
-     Nadi cepat/lambat/tidak teratur/lemah/sangat kuat
-     Pernapasan tidak teratur
-     Perubahan terhadap kulit seperti; suhu, kelembaban, keringat berlebihan, kulit kering, kulit pucat, kulit merah atau kebiruan
-     Perubahan tekanan darah
-     Pupil mata sangat lebar atau sangat kecil
-     Bau khas dari mulut atau hidung
-     Terjadingan kejang atau kelumpuhan
-     Mual, muntah, diare

Seseorang yang mengalami kasus medis dikenal juga dengan kedaruratan medis dapat mengalami cedera sebagai gangguan fungsi tubuh, misalnya hilangnya kesadaran lalu terjatuh dan mengalami luka. Penyebabnya antara lain infeksi, racun, kegagalan satu atau lebih sistem tubuh. Penanganan penderita yang paling penting adalah menjaga jalan nafas dan menjaga tanda vital penderita saat teratur lalu segera merujuk penderita.
Sebelum merawat orang sakit kita harus memastikan kebersihan dan keamanan diri sendiri yakni mencuci tangan, lepaskan perhiasan, basahi tangan sampai siku serta di sela-sela jari, gunakan air dari kran atau bisa menggunakan gayung, gunakan sabun, bilas sampai bersih, keringkan dengan handuk sampai kering. Memakai celemek; bertujuan untuk melindungi PK (Perawatan Keluarga) dari kotoran dan penularan.

 BAB III
PENUTUP
 3.1        Kesimpulan
Dewasa ini perhatian perawat sudah beralih dari pendekatan yang berorientasi medis kepada pendekatan yang memusatkan perhatian pada pasien. Peran perawat tidak hanya berpusat pada fungsi fisik namun meluas pada aspek psikis pasien. Perawatan yang efektif dapat dicapai bila perawat menaruh minat terhadap pasien tanpa membedakan status sosial ekonominya.
3.2        Saran
Perawat agar meningkatkan kemampuannya tidak hanya dalam bidang pengobatan medis tetapi juga dalam pengobatan yang bersifat psikologi atau emosional.


 DAFTAR PUSTAKA


www.google.co.id


Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan

0 comments:

Posting Komentar