BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut UNICEF hampir 200 juta anak di negara-negara miskin memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat karena gizi kurang. Selain itu laporan dari WHO kematian pada anak dibawah umur lima tahun tercatat sebanyak 49%, akibat gizi buruk yang terjadi di negara berkembang. Kasus kekurangan gizi sebanyak 50 % di Asia, di Afrika sebanyak 30 %, dan 20% terjadi pada anak-anak di Amerika Latin (Wordpress, 2009).
Menurut data Depertemen Kesehatan Republik Indonesia jumlah balita yang mengalami malnutrisi pada tahun 2007 tercatat sebanyak 4,1 juta jiwa. Sebanyak 3,38 juta jiwa dengan gizi kurang dan 775 jiwa dengan gizi buruk (Opini kita, 2010). Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan terdapat sebanyak 42 % yang menderita gizi buruk (Admin, 2008).
Masalah Kesehatan anak merupakan salah satu masalah yang utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang. Sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan fungsi organ. Kedua proses ini terjadi secara bersamaan pada setiap individu (Kissanti, 2008).
Aspek tumbuh kembang merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang sangat rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Sering juga para orang tua mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama (Nursalam, 2005).
Mengetahui dan memahami tumbuh kembang anak tidak hanya melihat dari satu aspek saja, pemberian nutrisi atau gizi pada anak, tetapi lebih dari itu tumbuh kembang anak juga harus dilihat dari aspek faktor keturunan, kejiwaan, aturan dalam keluarga dan proses pembelajaran termasuk didalamnya pendidikan keluarga (Sunartyo, 2008).
Orang tua juga perlu memperhatikan sejumlah perkembangan motorik halus dan motorik kasar anak, serta sosialisasi dan bahasa anak dalam periode emas mereka. Gerak-gerik anak seperti menyusun menara kubus adalah salah satu gejala perkembangan motorik halusnya. Biasanya pada usia dua tahun, gerakan-gerakan tersebut dan kecerdasan anak dalam perkembangan sosialisasi mulai diperlihatkan. Satu perkembangan penting lainnya adalah kemampuan berbicara dan menunjuk gambar (Enterprises, 2008).
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan peneliti di Klinik ................... Binjai, didapatkan sebanyak 16 jiwa anak usia 1-3 tahun mengalami masalah gizi dan 9 jiwa anak usia 1-3 tahun dengan masalah perkembangan mental.
Berdasarkan masalah yang ditemukan di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Anak Umur 1-3 Tahun di Klinik ................... Binjai Tahun 2010.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 112
0 comments:
Posting Komentar