BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Total fertility rate (TFR) adalah: rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh seorang wanita pada akhir masa reproduksinya (Hartanto, 2004).
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025. Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama perioda 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun (Anonymous, 2010).
Untuk mengendalikan ledakan penduduk maka pemerintah mengeluarkan program KB yang merupakan salah satu kebijakan dalam bidang kependudukan, memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan kesehatan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, oleh karena itu program KB memiliki posisi strategis dalam upaya pengendalian laju pertumbuhan melalui kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan. Gerakan KB bermula dari kepeloporan beberapa tokoh di dalam dan luar negeri. Pada tahun 1952 diresmikan berdirinya International Planned Parenthood Federation (IPPF), dan sejak saat itu berdirilah perkumpulan KB diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Pelopor KB di Indonesia yaitu Dr.Sulianti Saroso pada tahun 1952 menganjurkan para ibu untuk membatasi kelahiran, karena Angka Kelahiran Bayi sangat tinggi. Sedangkan di DKI Jakarta mulai dirintis di bagian Kebidanan dan Kandungan FKUI/RSCM oleh Prof.Sarwono Prawirohardjo. Pada tanggal 23 Desember 1957 PKBI diresmikan oleh dr.R.Soeharto sebagai ketua, Beliau memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui 3 macam usaha yaitu : mengatur kehamilan/menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan serta memberi nasehat perkawinan (Suratun, 2008).
Jumlah peserta KB di Indonesia saat ini baru mencapai 4,2 juta orang. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatera Utara memprediksikan pada tahun 2009 dapat menambah sebanyak 1.354.223 peserta KB aktif dari 2.059.317 Pasangan Usia Subur didaerah itu. Pencapaian tersebut didapatkan melalui Intra Uterin Device (IUD) dengan jumlah 151.827 peserta (11,21%), Medis Operasi Wanita (MOW) dengan jumlah 116.304 peserta (8,59%), Medis Operasi Pria (MOP) dengan jumlah 4.608 (0,34%). Selain itu, dari alat kontrasepsi kondom mencapai 105.040 peserta (7,76%), Implant 124.748 peserta (9,21%), penggunaan suntik 417,856 peserta (30,86%), dan penggunaan pil 433,840 (32,04%). Dari jumlah itu, PUS terbesar ada di Kecamatan Medan Denai dengan 23.340 PUS, Medan Helvetia 23.216 PUS, Medan Marelan 21.059, dan Medan Amplas 20.687 PUS (Gengbeng, 2009).
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Penggunaan kontrasepsi hormonal sebagai salah satu kontrasepsi semakin hari semakin berkembang. Salah satu kontrasepsi hormonal adalah dengan suntikan progestin. Tingginya penggunaan kontrasepsi suntikan progestin karena lebih aman, sederhana, efektif tidak menimbulkan gangguan, dan dapat dipakai paska persalinan (Baziad, 2002).
Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan kontrasepsi mengandung hormon progesterone yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap awal siklus menstruasi. Hormon tersebut untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi (Farida, 2010).
Masalah yang paling umum dari suntikan progestin adalah perubahan pendarahan haid. Dan biasanya akseptor kontrasepsi progestin mengalami kenaikan berat badan yang berlebihan. Selain itu, Suntikan KB Depo Progestin juga dapat mengakibatkan keterlambatan masa subur. Kontrasepsi suntik progestin memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan 100 perempuan pertahun, apabila dilakukan penyuntikan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan juga aman, efektif dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. Kembalinya kesuburan lebih lambat rata-rata empat bulan cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI. Cara kerja kontrasepsi progestin ini dapat mencegah terjadinya ovulasi, mengentalkan lendir servik sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan menghambat gamet oleh tuba falopi (Saifudin, 2006).
Berdasarkan hasil survei, data yang didapatkan bahwa jumlah ibu pasangan usia subur yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Klinik Bersalin ................... Medan pada periode Mei - Juni tahun 2010 sebanyak 40 orang. Dari jumlah tersebut didapatkan bahwa ibu yang mengetahui kontrasepsi sebanyak 40 orang (40%). Berdasarkan data di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Gambaran Pengetahuan Ibu Pasangan Usia Subur Tentang Kontrasepsi Progestin di Klinik Bersalin ................... Medan Tahun 2010”.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 113
0 comments:
Posting Komentar