BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Masa nifas merupakan masa yang rawan karena ada beberapa risiko yang mungkin terjadi pada masa itu, antara lain : anemia, pre eklampsia/ eklampsia, perdarahan post partum, depresi masa nifas, dan infeksi masa nifas. Diantara resiko tersebut ada dua yang paling sering mengakibatkan kematian pada ibu nifas, yakni infeksi dan perdarahan. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 / 2003 menunjukkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007 AKI menjadi 263 per 100.000 kelahiran hidup.
Adapun penyebab langsung yang berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu. Kematian ibu pada masa nifas biasanya disebabkan oleh infeksi nifas (10%), ini terjadi karena kurangnya perawatan pada luka, perdarahan (42%) (akibat robekan jalan lahir, sisa placenta dan atonia uteri), eklampsi (13%), dan komplikasi masa nifas (11%) (Siswono, 2005). Sedangkan jumlah kematian ibu pada masa nifas di Propinsi Riau cenderung meningkat, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Riau bahwa jumlah kematian ibu dalam masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas tahun 2007 sebanyak 179 orang, tahun 2008 sebanyak 199 orang,
Kemudian penulis juga melihat data Rekam Medik di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru bahwa jumlah kematian ibu pada masa nifas akibat berbagai komplikasi tahun 2007 sebanyak 16 orang, sedangkan tahun 2008 sebanyak 4 orang. Penulis melihat bahwa kematian ibu pada masa nifas umumnya disebabkan oleh perdarahan dan infeksi jalan lahir.
Adapun alasan penulis mengambil topik ini menjadi sebuah karya tulis ilmiah dengan judul “gambaran faktor-faktor rendahnya pengetahuan primipara tentang perawatan masa nifas diwilayah kerja puskesmas Tahun 2009” adalah dari pengalaman yang pernah penulis lihat, baik di masyarakat maupun klinik- klinik bersalin serta dari hasil wawancara pada beberapa orang ibu, banyak ibu- ibu yang tidak mengetahui dengan baik perawatan pada masa nifas, misalnya saja tindakan ibu nifas yang membungkus perutnya dengan stagen dengan alasan agar perut ibu tidak melar dikemudian hari padahal hal tersebut dapat mengganggu kontraksi uterusnya, lalu membatasi atau bahkan melarang ibu untuk mengkonsumsi ikan dengan alasan dapat menimbulkan alergi padahal ikan banyak mengandung protein yang sangat baik untuk perbaikan jaringan- jaringan yang rusak akibat proses persalinan.
Kemudian ibu juga sering mengalami masalah-masalah pada masa nifas yang timbul akibat ketidaktahuannya, misalnya ibumenahan urinenya karena takut akan robek kembali jahitan pada alat genetalianya, nyeri pada abdomen yang kadang-kadang ibu beranggapan bahwa hal tersebut abnormal padahal nyeri tersebut akibat involusi uterus, pembengkakan mamae sehingga menjadi mastitis oleh karena ketidaktahuan ibu tentang teknik menyusui ataupun perawatan mammae pada masa nifas, selain itu rendahnya tingkat pendapatan ekonomi dan pendidikan keluarga dan masih banyak praktek lokal yang sangat merugikan ibu seperti memiliki pantang makanan tertentu seperti ikan, telur, cumi-cumi, udang, kepiting yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses metabolisme ibu serta sebagai cadangan energi untuk proses persalinan dan laktasi. (Albertin Y.R Nggelan , 2009 ) .
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 184
0 comments:
Posting Komentar