BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa terjadwal dan tidak diberi makanan lain walaupun air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan bayi diperkenalkan dengan makanan tambahan yang lain. Karena pada saat berumur 6 bulan sistem pencernakannya mulai matur. (Hubertin, S.P, 2004)
Menyusui secara ekslusif selain meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal ASI juga membuat anak potensial, memiliki emosional yang stabil dan spiritual yang matang, serta memiliki perkembangan sosial yang baik. Bayi yang mendapat ASI Eksklusif 6 bulan frekuensi terkena diare sangat kecil. Berbeda dengan kelompok bayi yang diberi susu formula lebih sering mengalami diare. Dengan demikian kesehatan bayi yang mendapat ASI akan lebih baik bila dibanding dengan kelompok bayi yang diberi susu sapi. Keuntungan ini tidak hanya diperoleh bayi tetapi juga dirasakan oleh ibu, keluarga dan negara. (Utami, R, 2000)
Bidan sebagai orang pertama yang melakukan pertolongan pertama pada persalinan mempunyai tanggung jawab pokok terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak, harus mampu menerapkan pemberian ASI Ekslusif. Peran bidan sebagai pelaksana dalam pemberian ASI Ekslusif antara lain mengajarkan ibu cara menyusui yang benar, pemberian ASI segera setelah lahir, menghindari penggunan dot, kebutuhan nutrisi saat menyusui dan managemen laktasi. Sedangkan peran bidan sebagai pendidik dalam pemberian ASI Ekslusif diantaranya adalah bidan mampu memberikan penyuluhan dan pemahaman terhadap ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif sehingga ibu menyadari dan merasakan bangga dan bahagia serta prospek dalam menyusui bayinya. (Hubertin, S.P, 2004). Salah satu alasan pemberian ASI Eksklusif yang tidak berhasil adalah bidan yang memisahkan bayi dan ibunya begitu dilahirkan. Padahal menyusukan bayi segera setelah lahir akan membantu keberhasilan menyusui secara eksklusif. (Meutia, H, 2008).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Sainur pada tahun 2006 tentang peran bidan dalam pemberian ASI segera di wilayah kerja dinas kesehatan kota Blitar. Dengan 30 responden diperoleh 11 orang yang berperan baik, 16 orang berperan cukup dan 3 orang berperan kurang dalam pelaksanaan ASI segera. Peran bidan sebagai pendidik diperoleh dari 30 responden tersebut 8 responden berperan baik 17 responden cukup dan 4 responden kurang sedangkan 1 responden dengan peran sangat kurang.
Meskipun usaha untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif sangat gencar dilakukan tapi pemberian ASI di Indonesia masih memprihatinkan. Hal tersebut tergambar dari cakupan pemberian ASI ekslusif 6 bulan hanya 39,5% dari keseluruhan bayi dan terdapat peningkatan pemakaian susu formula sampai 3 kali lipat antara 1997-2002. Berdasarkan data yang ada pada tahun 2002-2003 bayi dibawah usia 4 bulan yang diberi ASI ekslusif hanya 55% sementara itu pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 2 bulan hanya 64, 60 % pada bayi berusia 2-3 bulan dan 14% pada bayi 4-5 bulan (Meutia, H, 2008) Hasil praktek kerja lapangan di Desa Sumberejo Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri pada tanggal 10-29 Maret 2008 peneliti mendapati fenomena dari 43 bayi yang berumur 0-6 bulan didapat 33 bayi saja yang sudah mendapat ASI Eksklusif sisanya tidak mendapatkan ASI eksklusif dikarenakan ibunya bekerja dan kurangnya motivasi dan informasi dari tenaga kesehatan. Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimanakah peran bidan dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ngasem Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 178
0 comments:
Posting Komentar