BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah. Namun seringkali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi bahkan seringkali mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif. (Utami,R. 2000 ). Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya.Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang.Permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya,kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI,gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja. (www.depkes .com . 2008) Menurut Menteri Kesehatan, ada penyebab perilaku pemberian ASI eksklusif belum sesuai harapan atau masih sangat memprihatinkan, hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang ASI (www.idamardiati. Com.2008).
Kurangnya pengetahuan tentang ASI belum dipahaminya secara tepat dan benar oleh ibu dan keluarga, atau lingkungannya, kekeliruan persepsi tentang susu formula, serta kurangnya pembekalan pengetahuan dari petugas kesehatan dapat menyebabkan ibu memutuskan untuk tidak menyusui. Oleh karena itu pemberian ASI yang ideal pada bayi dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian, menambah pengetahuan serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif (Utami,R. 2000)
ASI eksklusif sangat penting. Jika anak tidak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan berturut-turut berdampak pada terganggunya perkembangan bayi. Sebagai buktinya masih banyak ditemukan bayi berada di bawah garis merah, 10 balita diantaranya masih kategori kurus sekali, dimana berat badannya hanya 70% dari berat normal. Selain itu ASI eksklusif juga penting diberikan pada bayi 1 jam pertama setelah melahirkan karena dapat mencegah angka kematian bayi saat melahirkan sekitar 22% (www.beritajakarta.com.2008). Yang sangat mengecewakan lagi, dari peranan kaum perempuan yang selalu menuntut persamaan hak di negara kita adalah sangat rendahnya jumlah ibu yang memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan. Hal ini terjadi karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tatalaksana bagian rumah sakit yang belum optimal, banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah, dan peranan kaum perempuan masih kurang dalam mensosialisasikan penggunaan ASI (www.waspada.co.id.2008).
Menyusui mempunyai banyak pengaruh untuk pertumbuhan mental dan fisik bayi. Di Indonesia ada sekitar 70% ibu yang bekerja dan ada 30% ibu yang tidak bekerja, untuk ibu yang bekerja tetap memberikan ASI eksklusif pada bayinya, tetapi bayi tersebut mendapatkan ASI Eksklusif minimal 4 bulan (www.asi.com.2008).
Berdasarkan data PKL tanggal 10-29 Maret 2008 di Desa Wonocatur Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri, terdapat 39 bayi usia 0-12 bulan, dari 39 bayi tersebut terdapat 12 bayi yang berusia 0-6 bulan, dan 27 bayi berusia 7-12 bulan. Dari 27 bayi tersebut yang berusia 7-12 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 4 (14,8%) bayi saja.Dari 27 ibu bayi usia 7-12 bulan, sebanyak 4 ibu yang tidak tahu tentang pemberian ASI eksklusif, bahkan ada 2 orang yang oleh orang tuanya disuruh untuk berhenti menyusui sampai bayinya berusia 2 bulan saja.
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui gambaran ibu yang bekerja tentang pemberian ASI eksklusif di Desa Wonocatur Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 151
0 comments:
Posting Komentar