BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan adalah merupakan peristiwa penting dan mulia, kejadian penuh ketegangan yang menguras tenaga dan sangat melelahkan. Oleh karena itu ibu yang telah melahirkan perlu mendapatkan perawatan sebaik- baiknya (Mellyna, H. 2003 : 3).
Perawatan pasca persalinan dapat mencakup berbagai hal seperti mobilisasi, laktasi, hygiene dan istirahat. Hal yang tidak kalah penting adalah diet gizi seimbang (Mellyna, H. 2003 : 3). Karena selama menyusui, gizi ibu yang baik menentukan bayi yang sehat dan berkualitas. Kebutuhan gizi pada masa menyusui akan meningkat 25%, yaitu untuk memproduksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasa (Mellyna, H 2003 : 61). Pada periode enam bulan pertama menyusui, sekurang-kurangnya 80% kebutuhan energi bayi tersedia dari ASI. Untuk itu tambahan yang diperlukan ibu sekitar 1,13 kali kebutuhan energi bayi atau kira-kira setara dengan 700 Kkal/hari. Jumlah energi sebesar ini, juga dibutuhkan untuk memulihkan kembali kesehatan ibu setelah melahirkan (Diah Krisnatuti. 2000 : 39).
Angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 248/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, dan di Jawa Timur sendiri sebesar 137/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jatim. 2004). Di Kabupaten Kediri pada tahun 2007 tercatat ada 19 kematian ibu (Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri. 2007). Sedangkan di Kota Kediri kematian ibu sejumlah 5 orang selama tahun 2007 (Dinas Kesehatan Kota Kediri. 2007). Sebab utama hal ini adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama, dan komplikasi abortus. Dan sebab secara tidak langsung adalah adanya anemia. Berdasarkan SKRT 1995 prevalensi anemia ibu hamil adalah 51%, dan pada ibu nifas 45% (Depkes RI. 2001 : 2). Hal ini merupakan indikator yang menunjukkan status kesehatan reproduksi perempuan masih rendah. Status kesehatan perempuan yang rendah disebabkan oleh kemiskinan, ketidaktahuan, kebutahurufan dan kekurangan gizi (http://www.wsemakasar.com/penelitian/detail.php? id.01/04/2008).
Keadaan dan tahap kesehatan serta makanan ketika hamil dan melahirkan anak adalah penting dan harus diutamakan supaya proses pemulihan dapat berjalan dengan cepat. Jika seorang wanita itu mengalami masalah kekurangan makanan dan keadaan kesehatan tidak baik, niscaya proses pemulihan akan berlangsung lebih lama. Beberapa tradisi perlu dihindari demi menjaga kesehatan ibu juga anak yang kini bergantung sepenuhnya pada ibu. Pantang makan merupakan warisan leluhur yang menurun dari generasi ke generasi dan tidak diketahui kapan dimulai serta apa sebabnya. Perilaku pantang makanan adalah salah satu yang perlu dihindari demi pemulihan luka rahim dan pada saluran kemaluan, (http://home.hamidarshat.com/IBZ.masa-pantang.htm 4/2/2008).
Dalam hal ini orang terdekat (suami dan keluarga) memegang peranan penting. Kehadiran suami dan keluarga sebagai pemberi petuah dan nasehat sangat berarti bagi ibu. Karena terbukti keberadaan dukungan keluarga yang adekuat dapat menurunkan kecemasan dan ibu lebih mudah sembuh dari sakit (Friedman, M.M. 1998 : 197). Demikian halnya dalam pantang makan, larangan dari keluarga pun menjadi hal yang sangat berpengaruh. Dukungan sosial keluarga yang mengarah pada kesehatan akan menjadi bantuan selama masa pemulihan. Seperti dikutip Niven, N (2000 : 137) kesejahteraan ibu adalah fungsi dari dukungan yang didapatkan.
Dari hasil studi pendahuluan di BPS Hari Yudhi Kecamatan Wates Kabupaten Kediri tanggal 02-12 Januari 2008 didapatkan data 3 orang ibu nifas yang bersalin di BPS tersebut pantang terhadap makanan yang telah disediakan yaitu telur dan ayam. Satu minggu kemudian 2 dari 3 orang ibu nifas tersebut datang kembali untuk kontrol. Pada saat kontrol didapatkan seorang diantaranya mengalami keterlambatan dalam proses pemulihan, ibu mengalami kesulitan dalam beraktivitas misalnya ibu kesulitan dalam berjalan karena masih merasakan sakit pada perutnya. Dan satu orang lagi mengeluhkan produksi ASI-nya sedikit dan bayinya tampak kuning.
Berdasarkan data dan temuan di atas peneliti ingin mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan pola pantang makan ibu nifas.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 139
0 comments:
Posting Komentar