BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis dan alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita. Dalam persalinan terdapat beberapa faktor utama yang sangat berpengaruh penting terhadap kelancaran proses persalinan, salah satunya adalah faktor psikologis (kejiwaan). Karena itulah seorang wanita memerlukan kematangan fisik, emosional, dan psikoseksual serta psikososial sebelum kawin dan menjadi hamil. Perasaan cemas, takut, dan nyeri akan membuat wanita tidak tenang menghadapi kehamilan, persalinan, dan nifas (Mochtar, Rustam. 1998 : 178).
Pada setiap tahapan kehamilan, ibu hamil akan mengalami proses kejiwaan yang berbeda. Pada trimester III yang sudah mendekati hari persalinan akan timbul gejolak baru untuk menghadapi persalinan dan perasaan tanggung jawab sebagai ibu pada pengurusan bayi yang akan dilahirkan. Saat ini kehidupan psikologis dan emosional ibu hamil dipenuhi oleh pikiran dan perasaan mengenai persalinan dan tanggung jawab sebagai ibu (Mochtar, Rustam. 1998 : 179).
Persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 37-40 minggu disebut persalinan normal. Pada masa ini baik tubuh bayi maupun ibu sudah siap memasuki proses persalinan. Untuk itu, persiapan mental menuju persalinan sudah harus dimulai (Pusdiknakes, 2002). Walaupun persalinan adalah sebuah proses alami yang sekaligus menakjubkan dan sudah menjadi kodrat bagi seorang wanita untuk menjalaninya, tetapi seringkali ibu hamil tidak dapat menghilangkan rasa khawatir dan takut dalam menghadapi proses persalinan tersebut (Andriana, Evarini, 2007).
Proses melahirkan pada setiap ibu pasti berbeda-beda. Ternyata, selain penyebab yang bersifat klinis, suasana psikologis sang ibu yang tidak mendukung juga ikut andil mempersulit proses persalinan. Seperti ibu dalam kondisi cemas, khawatir dan takut yang berlebihan, hingga akhirnya berujung pada stres. Itulah sebabnya menjelang proses persalinan, ibu hamil membutuhkan ketenangan agar proses persalinan menjadi lancar tanpa hambatan. Semakin ibu tenang menghadapi proses persalinan maka persalinan akan berjalan semakin lancar (Pusparini, Wening, 2003).
Perasaan takut, kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan adalah manifestasi cemas yang dapat dialami oleh setiap orang terutama pada ibu hamil yang menantikan proses persalinan. Penelitian di luar negeri menyebutkan 12% wanita menyatakan persalinan adalah saat- saat yang menyeramkan. Rasa cemas, takut dan sakit menimbulkan stres yang mengakibatkan gangguan proses persalinan, sehingga menghilangkan rasa cemas dan takut selama proses persalinan menjadi sangat penting (Aryasatiani, Ekarini, 2007).
Pengalaman rasa nyeri berbeda antara satu wanita dengan wanita yang lain, demikian pula antara persalinan pertama dengan persalinan berikutnya pada wanita yang sama ataupun pada wanita yang berbeda (Aryasatiani, Ekarini, 2007). Dengan semakin dekatnya jadwal persalinan, terutama pada persalinan pertama, wajar timbul perasaan cemas ataupun takut. Meski sangat menantikan kelahiran sang bayi, di lain pihak timbul kekhawatiran apakah akan bisa menjalani persalinan tanpa suatu halangan apapun. Apakah segala persiapan selama ini sudah memadai, serta aneka kecemasan lain. Salah satu kecemasan para ibu menghadapi persalinan adalah ketakutan terhadap rasa nyeri, apalagi bagi calon ibu yang belum pernah melahirkan sebelumnya (Pusparini, Wening, 2003). Untuk persalinan pertama, timbulnya kecemasan ini sangat wajar karena segala sesuatunya adalah pengalaman baru (Pusdiknakes, 2002).
Perubahan psikologis menghadapi persalinan dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah faktor pengalaman sebelumnya (Mahasiswi Prodi Kebidanan Negeri Jakarta, 2002). Menurut Kuswandi, semua orang selalu mengatakan bahwa melahirkan itu sakit sekali, oleh karena itu muncul ketakutan-ketakutan pada ibu yang baru pertama hamil dan belum memiliki pengalaman bersalin. Jika dilihat dari pengalaman melahirkan, ada dua golongan ibu yang diliputi rasa takut dan cemas menghadapi persalinan. Golongan pertama adalah perempuan yang sudah pernah melahirkan, namun mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan pada kehamilan dan persalinan sebelumnya. Golongan kedua adalah ibu hamil pertama kali dan belum pernah mempunyai pengalaman melahirkan sebelumnya, tetapi banyak mendengar tentang cerita-cerita dan pengalaman-pengalaman yang menakutkan dari orang lain tentang proses persalinan (Arifin, Laili, 2007).
BPS Laili Fauziah, Amd. Keb. terletak di Desa Rejomulyo Kecamatan Kras Kabupaten Kediri. Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti, dalam waktu satu minggu (7 hari) terdapat 21 ibu hamil trimester III yang melakukan pemeriksaan ANC, terdiri dari 10 nullipara, 7 primipara, 3 multipara, 1 grandemultipara. Dari wawancara yang dilakukan, seluruh ibu hamil nullipara dan sebagian besar ibu hamil primipara mengeluh merasa cemas menghadapi persalinan, sedangkan ibu hamil multipara dan grandemultipara mengatakan biasa saja atau tidak merasa cemas dalam menghadapi persalinan.
Dari data yang diperoleh menunjukkan cukup tingginya jumlah ibu hamil khususnya trimester III yang melakukan pemeriksaan ANC, macam paritas beragam dan tingkat kecemasan menghadapi persalinannyapun bervariasi.
Melihat fenomena yang terjadi di atas, peneliti tertarik untuk meneliti adakah Hubungan Paritas Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Dalam Menghadapi Persalinan di BPS Laili Fauziah, Amd.Keb. Desa Rejomulyo Kecamatan Kras Kabupaten Kediri.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 138
0 comments:
Posting Komentar