BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seseorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong ke luar melalui jalan lahir (Abdul Bari, 2002: 100).
His mulai dirasakan dalam waktu 2 minggu (sebelum atau sesudah) tanggal perkiraan persalinan, persalinan berlangsung selama tidak lebih dari 12-14 jam (pada kehamilan pertama) dan pada kehamilan berikutnya cenderung lebih singkat (6-8 jam). Jika setelah lewat 24 jam persalinan belum dimulai dan keadaan bayinya baik, dapat dilakukan induksi persalinan untuk mengurangi resiko infeksi akibat masuknya bakteri dari vagina ke dalam rahim (Syahrul Rauf, 2006).
Induksi persalinan (induction of labor) ialah suatu tindakan atau langkah yang dilakukan untuk memulai suatu persalinan, baik secara mekanik ataupun secara kimiawi (farmakologik). Di Birmingham hospital university of Alabama dari tahun 1996-1999 lebih dari 17.000 persalinan 20% wanita diberi oksitosin untuk induksi persalinan dan 35% untuk augmentasi (Cuningham, 2002: 516). Di Indonesia 16,17% persalinan dalam waktu 24 jam tidak ada tanda-tanda persalinan setelah ketuban pecah dilakukan induksi persalinan. Induksi persalinan yang diawali dengan pematangan serviks, akan memberikan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan tanpa pematangan serviks (Dr. Chrisdiono, 2004: 15).
Induksi persalinan dilakukan karena kehamilan yang memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih dari sembilan bulan dimana kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu belum juga terjadi persalinan. Induksi juga dilakukan alasan kesehatan ibu misalnya ibu terkena infeksi, diabetes mellitus, hipertensi (Yulianti, 2005). Induksi diindikasikan apabila manfaat bagi ibu atau janin melebihi manfaat bagi ibu atau janin melebihi manfaat apabila persalinan dibiarkan berlanjut. American College of Obstetricians and Gynecologist (1999), tidak menganjurkan konsep induksi elektif demi kenyamanan dokter atau pasien karena kesadaran bahwa induksi persalinan menimbulkan peningkatan penyulit dibandingkan dengan persalinan spontan (F, Gary Cuningham, 2006: 516).
Kontraksi akibat induksi terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak pada augmentasi persalinan diberikan oksitosin sehingga kontraksi rahim bisa secara efektif mendorong janin melewati jalan lahir (Syahrul Rauf, 2006). Tetesan oksitosin dan palpasi fundus harus selalu dipantau untuk mengakibatkan persalinan cepat sehingga penigkatan resiko trauma servikal dan robekan jaringan lunak sering terjadi. Stimulasi berlebihan menyebabkan hipoksia janin, ruptur uterus dan pelepasan plasenta prematur, bila kontraksi berakhir lebih dari 60 detik atau masing-masing terjadi lebih 2-3 menit oksitosin harus dihentikan (Marilynn F. Doenges, 2001: 201).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Bersalin RSUD Gambiran Kota Kediri pada tanggal 1 Maret - 23 Maret 2008 didapatkan ibu bersalin dengan induksi sebanyak 20, kemudian terdapat 11 dengan robekan perineum spontan, 1 robekan serviks spontan dan 8 tidak terdapat robekan. Oleh karena permasalahan tersebut peneliti berminat untuk meneliti apakah ada hubungan antara induksi persalinan (oksitosin drip) dengan kejadian robekan jalan lahir spontan pada pertolongan persalinan normal di RSUD Gambiran Kota Kediri.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 157
0 comments:
Posting Komentar