BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Rustam, 1998). Dalam masa nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti kadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi (Sarwono, 2002)
Pada saat hamil, beberapa otot mengalami penguluran, terutama otot rahim dan perut (Mellyana, 2003). Dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya garis-garis putih dan hitam (strie gravidarum) yang dari sudut keindahan tubuh akan terasa sangat mengganggu. (Rustam, 1998). Setelah melahirkan, rahim tidak secara cepat kembali seperti semula tetapi melewati proses. Oleh karena itu, untuk mengembalikan ke kondisi semula diperlukan suatu senam yang dikenal dengan senam nifas. Senam nifas memberikan latihan gerak secepat mungkin agar otot-otot yang mengalami penguluran selama kehamilan dan persalinan kembali normal, seperti sebelum hamil sehingga terhindar dari segala perasaan yang kurang nyaman (Mellyana, 2003)
Manfaat senam nifas untuk mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar vagina maupun otot-otot dasar panggul, selain memperlancar sirkulasi darah. Dengan melakukan senam nifas, kondisi umum ibu jadi lebih baik, rehabilitasi atau pemulihan jadi bisa lebih cepat. Selain menumbuhkan/ memperbaiki nafsu makan, hingga asupan makannya bisa mencukupi kebutuhannya. Paling tidak, dengan melakukan senam nifas, ibu tak terlihat lesu ataupun emosional. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, lalu secara teratur setiap hari. (Dedeh, 2006)
Umumnya para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan, sang ibu khawatir gerakan-gerakan yang akan dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak di inginkan. Padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya proses involusi uterus (kembali rahim ke bentuk semula). (Salamah, 2003). Menurut Hasnah umumnya wanita yang habis melahirkan kerap mengeluhkan bentuknya yang melar, belum lagi kondisi tubuhnya yang kurang prima lantaran letih dan tegang. Sementara peredaran darah dan pernapasan belum kembali normal, hingga untuk membantu mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula harus melakukan senam nifas yang teratur. (Dedeh, 2006)
Dari data observasi pada tanggal 2-27 Januari 2008, di RSUD Kertosono ruang nifas terdapat 18 ibu post partum dengan persalinan normal dan 12 pasien post SC. Dari 30 ibu nifas tersebut, yang mengetahui tentang senam nifas hanya 5 orang, bahkan ada 1 ibu post SC yang tidak turun dari tempat tidur + 5 hari, karena ibu takut untuk bergerak.
Data PKL tanggal 21 Februari 2008 di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri, ada 3 ibu nifas yang tidak mengetahui tentang senam nifas, bahkan ada 1 ibu nifas yang oleh orang tuanya dilarang untuk bergerak, dan disuruh untuk memakai stagen agar perutnya mengecil, sehingga kaki ibu tersebut agak bengkak. Dari penelitian Susanti P. (2001) terhadap ibu nifas di RSU USD Gambiran, ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tentang senam nifas tinggi ada 7 responden (70%). Dimana pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
Studi pendahuluan yang dilakukan di ruang nifas RS Muhammadiyah Kota Kediri pada tanggal 5 April 2008, di dapatkan 7 ibu nifas. Dari 7 orang ibu nifas yang mengetahui tentang senam nifas hanya 2 orang.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang senam nifas di Ruang nifas RS Muhammadiyah Kota Kediri.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 167
0 comments:
Posting Komentar