BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Pertolongan operasi persalinan merupakan tindakan dengan tujuan untuk menyelamatkan ibu maupun bayi. Infeksi setelah oprasi persalinan masih tetap mengancam sehingga perawatan setelah operasi memerlukan perhatian untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian. (Sarwono, P, 2002 : 863)
Seksio sesarea telah menjadi tindakan bedah kebidanan kedua yang digunakan di Indonesia dan di luar negeri. Ia mengikuti ekstraksi vakum dengan frenkuensi yang dilaporkan 6 % sampai 15%. Alasan terpenting untuk perkembangan ini adalah : peningkatan prevalen primigravida, peningkatan usia ibu, peningkatan insiden insufisiensi plasenta, perbaikan pengamatan kesejahteraan fetus, peningkatan keengganan melakukan tindakan persalinan pervaginam yang sukar. (Martins, G, 1997 : 2)
Sayatan pada dinding uterus dan dinding depan abdomen menimbulkan luka bekas operasi seksio sesarea. Hal ini menyebabkan terputusnya jaringan dan kerusakan sel. Luka sembuh karena degenerasi jaringan atau oleh pembentukan granulasi. Sel-sel yang cidera mempunyai kapasitas regenerasi yang akan berlangsung bila struktur sel yang melatar belakangi tidak rusak. Bila otot cidera, akan terjadi hipertropi sel - sel marginal atau garis tepi. Pada sistem saraf perifer tidak terjadi regenerasi bila badan sel rusak, namun bila akson rusak, terjadi degenerasi akson sebagian dan disusul dengan regenerasi. Pada torehan bedah yang biasa, jaringan otot ditoreh sel epitel regenerasi diatas jaringan granulasi.
Menurut statistik tentang 3.509 kasus seksio sesarea, indikasi untuk seksio sesarea adalah disproporsi janin panggul 21 %, gawat janin 14 %, plasenta previa 11 %, pernah seksio sesarea 11 %, kelainan letak 10 %, incoordinate uterine action 9%, pre-eklampsia dan hipertensi 7 %, dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17 0/00, dan sesudah dikoreksi 0,58 0/00,
sedang kematian janin 14,5 0/00, pada 774 persalinan yang kemudian terjadi,
terdapat 1,03 0/00 ruptura uteri. (Sarwono, P, 2002 : 863)
Menurut Bensons dan Pernolls, angka kamatian pada operasi sesar adalah 40 – 80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan resiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam. Malahan untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10 % dari seluruh angka kematian ibu. (Operasi sesar, Amanka, 2007)
Dari hasil Penelitian yang dilakukan oleh Hetik Kuswanti, 1999 Mahasiswa program Studi Kebidanan Sutomo di Ruang Bersalin RSUD Dr. Sutomo mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Luka. Menunjukkan 8 (61,54 %) termasuk kategori berpengetahuan baik, 5 (38,46 %) terkategorikan berpengetahuan cukup.
Berdasarkan data laporan tahunan RS. Muhammadiyah Kota Kediri pada tahun 2006 terdapat kejadian infeksi pada bekas luka seksio sesarea
3 dari 67 pasien yang mengalami seksio sesarea. Sedangkan tahun 2007 terdapat kejadian infeksi pada bekas luka seksio sesarea 1 dari 70 pasien post seksio sesare. Dari data tersebut dapat penulis simpulkan bahwa terjadi penurunan kejadian infeksi pada bekas luka seksio sesarea dari tahun 2006 ke tahun 2007. Untuk lebih menurunkan angka kejadian infeksi tersebut perlu peran serta dari pasien dalam perawatan luka post seksio sesarea. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang perawatan luka post seksio sesarea.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 134
0 comments:
Posting Komentar