BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang- kadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Setiap wanita hamil bisa saja menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. (Sarwono, P, 2002: 89).
Frekuensi terjadinya pre eklampsia di Indonesia dilaporkan sekitar 3–10%, dimana frekuensi untuk tiap negara berbeda-beda, karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya; primigravida, keadaan sosial ekonomi dan perbedaan dalam menentukan kriteria dalam penentuan diagnosis. Pada primigravida frekuensi pre eklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda (Sarwono, P, 2002: 287). Profil penyakit ini bervariasi di seluruh Indonesia, yang kemungkinan dipengaruhi oleh berbagai faktor berbeda disetiap daerah. Pre eklampsia lebih banyak terjadi pada tingkat pendidikan ibu yang masih rendah, usia ibu yang ekstrim (< 20 tahun dan > 35 tahun) dan pada usia kehamilan trimester III (Rambulangi, J, 2003). Pada tahun 1998-2006 dilaporkan frekuensi pre eklampsia dan eklampsia di 12 RS Pendidikan di Indonesia sekitar 3,4–8,5%, dimana 5,3% menyebabkan kematian perinatal 10,83 per 1.000 (Ridwanamiruddin, 2007).
Pre eklampsia - eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada pre eklampsia, volume plasma yang beredar menurun sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta (Bobak, 2004: 630-631).
Perlu diketahui bahwa sindrom pre eklampsia – eklampsia dengan hipertensi, edema dan proteinurin sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan sehingga tanpa disadari dalam waktu yang singkat dapat timbul pre eklampsia bahkan eklampsia. Dengan pengetahuan ini, menjadi jelas bahwa pemeriksaan antenatalcare, yang teratur dan rutin untuk mencari tanda-tanda pre eklampsia, sangat penting dalam usaha pencegahan pre eklampsia – eklampsia (Sarwono, P, 2002:
282).
Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Kota Kediri, kejadian pre eklampsia – eklampsia di Kota Kediri pada tahun 2007 dilaporkan sebanyak 35 kasus. Dimana distribusi penyakit ini terbanyak terdapat di RSUD Gambiran Kota Kediri yaitu 15 kasus, RS Bhayangkara sebanyak 5 kasus,
RS Baptis sebanyak 7 kasus, RSI Al-Arafah sebanyak 4 kasus dan RSIA Melinda sebanyak 4 kasus.
Berdasarkan Buku Laporan Harian Ruang Bersalin di RSUD Gambiran Kota Kediri periode tanggal 1 Januari–29 Pebruari 2008, di dapatkan ibu bersalin dengan pre eklampsia ringan sebanyak 3 orang , pre eklampsia berat sebanyak 3 orang dan eklampsia sebanyak 1 orang. Dimana ke 7 penderita ini 4 primipara dan 3 multipara serta usia penderita rata-rata sekitar 20-35 tahun.
Dari fenomena di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui ” Karakterisrik ibu hamil dengan pre eklampsia - eklampsia di RSUD Gambiran Kota Kediri periode 1 Januari–31 Desember 2007 ”.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 127
0 comments:
Posting Komentar