BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelahiran bayi merupakan momen yang menggembirakan bagi orang tua manapun. Akan tetapi kesejahteraan janin dan setelah lahir, didasari oleh kasehatan wanita saat hamil. Nutrisi memainkan peran terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat untuk bayi, air susu ibu atau yang kita kenal selama ini dengan ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan paling utama bagi bayi yang lahir, karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi bayi bahkan selama 4 – 6 bulan pertama kehidupannya, dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal berkat ASI. Selain sebagai sumber energi dan zat gizi, pemberian ASI juga merupakan media untuk menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayinya, hubungan ini akan mengantarkan kasih sayang dan perlindungan ibu kepada bayinya serta memikat kemesraan bayi terhadap ibunya, sehingga dapat terjalin hubungan yang harmonis dengan penuh kasih sayang (Ramaiyah, Savitri, 2006)
Namun sebaliknya dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan ibu-ibu yang tidak berhasil menyusui bayinya atau bahkan menghentikan menyusui bayinya lebih dini dengan berbagai alasan. Dari sebuah penelitian didapatkan data bahwa 98 ribu dari 100 ribu ibu-ibu yang mengatakan produksi ASI-nya kurang, padahal sebenarnya mereka mempunyai cukup ASI, tetapi kurang mendapat informasi tentang manajemen laktasi yang benar, posisi menyusui yang tepat, serta terpengaruh mitos-mitos tentang menyusui, yang umumnya dapat menghambat produksi ASI. Bayi yang kurang mendapatkan ASI atau kurang minum, pada umumnya bukan karena ibunya yang tidak memproduksi ASI sebanyak yang diperlukan oleh bayi, disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya karena posisi menyusui yang tidak benar. Posisi tersebut adalah posisi mulut bayi terhadap puting ibu, bukan posisi bayi terhadap badan ibu.Berdasarkan hasil penelitian Dian Nur Susanti, 2006 tentang kegagalan dalam menyusui pada ibu post partum primipara yang menyusui bayi berusia 3 hari – 2 bulan terdapat dua faktor pencetus kegagalan tersebut, yang pertama adalah faktor teknik menyusui dimana dari 32 orang ibu post partum primipara terdapat 19 orang ( 59,38 % ) yang menyusui dengan teknik menyusui buruk, sedangkan 13 orang lagi ( 40, 62 % ) teknik menyusuinya baik. Faktor yang kedua adalah Produksi ASI dimana didapatkan 19 orang ( 59, 38 % ) produksi ASI nya buruk dan 13 orang lagi ( 40, 62 % ) merupakan produksi ASI yang baik. Menyusui adalah sesuatu yang alami, dan segala sesuatu yang alami adalah yang terbaik bagi semua orang.
Namun, demikian hal tersebut tidak selalu mudah dilakukan. Menyusui yang sukses membutuhkan dukungan baik dari orang yang telah mengalaminya atau dari seseorang yang profesional, Selain itu menyusui sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi, besarnya manfaat ASI bahkan telah di kampanyekan oleh UNICEF (United Nations Children’s Fund ) melalui Pekan Menyusui Sedunia atau World Breast Feeding Week yang diselenggarakan setiap tanggal 1 – 7 Agustus. Kampanye itu antara lain mengajak masyarakat di seluruh dunia, terutama kaum ibu untuk memberikan manfaat ASI kepada bayi dan mengenal manfaat pemberian ASI bagi dirinya sendiri ( Martin Leman, 2007 ).
Namun sebaliknya dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan ibu-ibu yang tidak berhasil menyusui bayinya atau bahkan menghentikan menyusui bayinya lebih dini dengan berbagai alasan. Dari sebuah penelitian didapatkan data bahwa 98 ribu dari 100 ribu ibu-ibu yang mengatakan produksi ASI-nya kurang, padahal sebenarnya mereka mempunyai cukup ASI, tetapi kurang mendapat informasi tentang manajemen laktasi yang benar, posisi menyusui yang tepat, serta terpengaruh mitos-mitos tentang menyusui, yang umumnya dapat menghambat produksi ASI. Bayi yang kurang mendapatkan ASI atau kurang minum, pada umumnya bukan karena ibunya yang tidak memproduksi ASI sebanyak yang diperlukan oleh bayi, disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya karena posisi menyusui yang tidak benar. Posisi tersebut adalah posisi mulut bayi terhadap puting ibu, bukan posisi bayi terhadap badan ibu.Berdasarkan hasil penelitian Dian Nur Susanti, 2006 tentang kegagalan dalam menyusui pada ibu post partum primipara yang menyusui bayi berusia 3 hari – 2 bulan terdapat dua faktor pencetus kegagalan tersebut, yang pertama adalah faktor teknik menyusui dimana dari 32 orang ibu post partum primipara terdapat 19 orang ( 59,38 % ) yang menyusui dengan teknik menyusui buruk, sedangkan 13 orang lagi ( 40, 62 % ) teknik menyusuinya baik. Faktor yang kedua adalah Produksi ASI dimana didapatkan 19 orang ( 59, 38 % ) produksi ASI nya buruk dan 13 orang lagi ( 40, 62 % ) merupakan produksi ASI yang baik. Menyusui adalah sesuatu yang alami, dan segala sesuatu yang alami adalah yang terbaik bagi semua orang.
Namun, demikian hal tersebut tidak selalu mudah dilakukan. Menyusui yang sukses membutuhkan dukungan baik dari orang yang telah mengalaminya atau dari seseorang yang profesional, Selain itu menyusui sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi, besarnya manfaat ASI bahkan telah di kampanyekan oleh UNICEF (United Nations Children’s Fund ) melalui Pekan Menyusui Sedunia atau World Breast Feeding Week yang diselenggarakan setiap tanggal 1 – 7 Agustus. Kampanye itu antara lain mengajak masyarakat di seluruh dunia, terutama kaum ibu untuk memberikan manfaat ASI kepada bayi dan mengenal manfaat pemberian ASI bagi dirinya sendiri ( Martin Leman, 2007 ).
Kesulitan menyusui pada umumnya terjadi pada ibu yang baru pertama kali melahirkan. Disamping merupakan sebuah pengalaman yang baru, ibu juga biasanya canggung saat menggendong bayinya bahkan panik bila menangis keras karena sesuatu hal. Sebaliknya, bayi yang baru lahirpun harus belajar cara menyusu yang benar, yaitu puting susu dan 90 % areola mamae masuk kedalam mulut dan kemudian lidahnya melakukan gerakan menghisap.
UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dapat mencegah kematian anak berusia dibawah 5 tahun sebesar 1,3 juta. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam Jurnal Pediatrics juga menunjukkan 16 % kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi yang dimulai pada hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22 % jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi. Sedangakan di Indonesia kematian bayi baru lahir ( usia di bawah 28 hari ) sekitar 21.000 dapat dicegah melalui pemberian ASI pada 1 jam setelah bayi baru lahir (Anton, Baskoro, 2008 ).
Adapun alasan penulis mengambil topik ini menjadi sebuah karya tulis ilmiah dengan judul “ Hubungan Teknik Menyusui dengan Produksi ASI pada Ibu Post partum Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Sail“ pada awalnya terinspirasi dari pengalaman yang pernah penulis lihat, baik di masyarakat maupun di klinik-klinik bersalin saat melakukan Praktek Kerja Lapangan ( PKK) yaitu pada RB 1 terdapat 19 orang ibu post partum yang baru bersalin, 11 orang diantaranya ibu primipara yang tidak mengetahui teknik menyusui yang baik. Sedangkan RB yang kedua terdapat 25 orang ibu post partum, 9 orang diantaranya juga tidak mengetahui teknik menyusui yang baik serta dari majalah-majalah atau artikel kesehatan dimana banyak ibu-ibu yang mengeluh tidak dapat menyusukan bayinya karena produksi ASI yang sedikit. Padahal kalau diperhatikan keadaan fisik dan psikologis ibu baik dan struktur payudara ibu secara anatomis juga baik. Namun kenyataannya kegagalan menyusui masih terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena teknik menyusui yang kurang tepat, yaitu pada RB 1 terdapat 19 orang ibu post partum yang baru bersalin, 11 orang diantaranya ibu primipara yang tidak mengetahui teknik menyusui yang baik. Sedangkan RB yang kedua terdapat 25 orang ibu post partum, 9 orang diantaranya juga tidak mengetahui teknik menyusui yang baik serta dari majalah-majalah atau artikel kesehatan dimana banyak ibu-ibu yang mengeluh tidak dapat menyusukan bayinya karena produksi ASI yang sedikit. Padahal kalau diperhatikan keadaan fisik dan psikologis ibu baik dan struktur payudara ibu secara anatomis juga baik. Namun kenyataannya kegagalan menyusui masih terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena teknik menyusui yang kurang tepat.
Adapun alasan penulis mengambil topik ini menjadi sebuah karya tulis ilmiah dengan judul “ Hubungan Teknik Menyusui dengan Produksi ASI pada Ibu Post partum Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Sail“ pada awalnya terinspirasi dari pengalaman yang pernah penulis lihat, baik di masyarakat maupun di klinik-klinik bersalin saat melakukan Praktek Kerja Lapangan ( PKK) yaitu pada RB 1 terdapat 19 orang ibu post partum yang baru bersalin, 11 orang diantaranya ibu primipara yang tidak mengetahui teknik menyusui yang baik. Sedangkan RB yang kedua terdapat 25 orang ibu post partum, 9 orang diantaranya juga tidak mengetahui teknik menyusui yang baik serta dari majalah-majalah atau artikel kesehatan dimana banyak ibu-ibu yang mengeluh tidak dapat menyusukan bayinya karena produksi ASI yang sedikit. Padahal kalau diperhatikan keadaan fisik dan psikologis ibu baik dan struktur payudara ibu secara anatomis juga baik. Namun kenyataannya kegagalan menyusui masih terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena teknik menyusui yang kurang tepat, yaitu pada RB 1 terdapat 19 orang ibu post partum yang baru bersalin, 11 orang diantaranya ibu primipara yang tidak mengetahui teknik menyusui yang baik. Sedangkan RB yang kedua terdapat 25 orang ibu post partum, 9 orang diantaranya juga tidak mengetahui teknik menyusui yang baik serta dari majalah-majalah atau artikel kesehatan dimana banyak ibu-ibu yang mengeluh tidak dapat menyusukan bayinya karena produksi ASI yang sedikit. Padahal kalau diperhatikan keadaan fisik dan psikologis ibu baik dan struktur payudara ibu secara anatomis juga baik. Namun kenyataannya kegagalan menyusui masih terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena teknik menyusui yang kurang tepat.
0 comments:
Posting Komentar