BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, Elizabeth B. 1999 : 206). Banyak hal yang terjadi dalam masa remaja salah satu yang menarik adalah trend pacaran (http://www.cumacewe.com). Pacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya dan belajar membina hubungan sebagai persiapan sebelum menikah, untuk menghindari terjadinya ketidakcocokkan dan permasalahan pada saat sudah menikah. Masing-masing berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, serta reaksi-reaksi terhadap berbagai masalah maupun peristiwa (http://www.balipost.com). Indahnya romantika pacaran sudah menghipnotis remaja sampai mereka lupa bahwa dibalik indahnya pacaran, kalau tidak hati – hati justru akan terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan atau bahkan akan menjadi cerita yang tidak akan terlupakan seumur hidup (http://www.cumacewe.com). Karena dalam pacaran, ternyata tidak lepas dari hal-hal yang berbau kekerasan (http://www.balipost.com).
Banyak yang beranggapan bahwa dalam berpacaran tidak mungkin terjadi kekerasan, karena pada umumnya masa berpacaran adalah masa yang penuh dengan hal – hal yang indah, dimana setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku dan kata – kata yang dilakukan dan diucapkan pacar (http://situs.kespro.info/gendervaw). Orang sering tidak sadar sebuah hubungan pacaran dapat berubah menjadi tidak sehat dan dipenuhi kekerasan. Jika dalam kehidupan berumah tangga dikenal ada KDRT, dalam pacaran istilah itu disebut dengan KDP (Kekerasan Dalam Pacaran) (http://www.balipost.com).KDP atau dating violence adalah perilaku atau tindakan seseorang yang dapat digolongkan sebagai tindakan kekerasan dalam percintaan atau pacaran, bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang telah dilakukan pasangannya (http://immunnes.blogspot.com). Kekerasan yang terjadi terdiri dari beberapa jenis, misalnya serangan terhadap fisik, emosional, ekonomi dan seksual (http://situs.kespro.info/gendervaw). Terlepas akibat kekerasan itu dapat terlihat langsung atau baru tampak kemudian, tetapi yang jelas dampak kekerasan seperti gangguan kesehatan, hilangnya konsep diri dan rasa percaya diri akan menghambat perempuan korban kekerasan untuk berpartisipasi secara optimal dalam masyarakat. WHO memperkirakan perempuan yang mengalami kekerasan akan kehilangan 50 % produktivitasnya (http://www.rahima.or.id).
Salah satu penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dari 77 remaja, 66 % dari mereka mengaku mengalami kekerasan saat sedang berpacaran (http://situs.kespro.info/gendervaw). Dalam sebuah diskusi mengenai KDP, 70% remaja putri melaporkan mendapatkan pelecehan waktu pacaran, sedangkan remaja putra dalam kesempatan yang sama mengaku mendapat pelecehan dari pacarnya adalah sebesar 27% (http://situs.kespro.info/gendervaw). Kemudian menurut data yang terkumpul di Komnas perempuan selama kurun waktu tiga tahun, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia mengalami pertambahan yang sangat memprihatinkan menjadi 20,391 kasus (2005). Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2004 (14.020 kasus), 2003 (5.934 kasus), dan 2002 (5.163 kasus) (http://www.rahima.or.id). Sepanjang tahun 2005 tercatat sebanyak 20.391 kasus, 3,82 % di antaranya atau sekitar 635 kasus adalah KDP (http://immunnes.blogspot.com).
Menurut catatan LSM Kelompok Perempuan Pro Demokrasi (KPPD) Samitra Abhaya, kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Timur selama 2007 sebesar 664 kasus, 88 (13,3%) adalah kasus kekerasan dalam pacaran (http://www.d-infokom-jatim.go.id). Berdasarkan hasil wawancara tanggal 23 April 2008 dengan bapak Mudjiadi selaku Kanit PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak) Polresta Kediri, pada awal tahun 2008 ini saja sudah ada 1 kasus kekerasan dalam pacaran yang berupa kekerasan seksual. Jumlah sebenarnya bisa jadi lebih banyak sebab korban KDP enggan melaporkan kekerasan yang dialaminya (http://immunnes.blogspot.com). Kasus yang tampak hanya kasus – kasus yang dilaporkan atau tanpa sengaja terbukti dan diketahui. Dalam hal ini yang tampak berupa fenomena gunung es (iceberg), dimana kasus sebenarnya masih jauh lebih besar lagi, namun banyak hal yang membuatnya tidak muncul ke permukaan (http://indomcusa.com).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 03 April 2008 di Program Studi Kebidanan Kediri terhadap 20 mahasiswa yang berada pada rentang usia 17 – 21 tahun, didapatkan 19 mahasiswa mengaku pernah mengalami kekerasan dalam pacaran dan hanya 1 mahasiswa yang tidak pernah mendapat kekerasan saat sedang pacaran. Dari pendataan tanggal 29 April 2008 di Universitas Kadiri Jurusan Kebidanan, dari 20 mahasiswa, ada 14 mahasiswa yang pernah mendapatkan kekerasan dalam pacaran, 6 mahasiswa tidak pernah. Sedangkan di Akademi Kebidanan Dharma Husada, dari 20 mahasiswa, 16 mahasiswa mengaku pernah mengalami kekerasan saat pacaran dan 4 diantaranya mengaku tidak pernah mendapatkan kekerasan dalam pacaran.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti gambaran kekerasan dalam pacaran yang dialami remaja usia 17 – 21 tahun di Program Studi Kebidanan Kediri.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 163
0 comments:
Posting Komentar