BAB I
PENDAHULUAN
1.11 Latar Belakang
Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi. Ketika menopause siklus yang tidak menentu dapat terjadi sewaktu-waktu dan bukan hal yang aneh jika menstruasi tidak datang selama beberapa bulan (Zainuddin Kuntjoro, 2007).
Di Indonesia jumlah wanita yang telah mengalami menopause telah mencapai 30 juta orang, sementara di Jawa Timur mencapai 5 juta orang yang berarti merupakan angka yang cukup tinggi (Jatim, 2005).
Secara normal wanita akan mengalami menopause antara 40 tahun sampai 50 tahun (Zainuddin Kuntjoro, 2007). Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan. Ada kecenderungan dewasa ini untuk terjadinya menopause pada umur yang lebih tua (Prawirohardjo, 1999 : 130).
Seorang wanita yang mencapai umur sekitar 45 tahun mengalami penuaan indung telur, sehingga tidak sanggup memenuhi hormon esterogen. Sitem hormonal seluruh tubuh mengalami kemunduran dalam mengeluarkan hormon. Perubahan pengeluaran hormon menyebabkan berbagai perubahan pada fisik dan psikis (Manuaba, IBG, 1999 : 188). Fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba disekujur tubuh. Misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah dan berdebar-debar.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual mereka tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka serta kehilangan ferminitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause sangat penting peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah (Zainuddin Kuntjoro, 2007).
Untuk menghindari perubahan dan gejolak jiwa menghadapi klimakterium sampai senium berdasar atas keharmonisan keluarga dan saling pengertian. Di tengah keluaraga yang harmonis kesiapan menerima proses penuaan makin besar tanpa menghadapi gejolak klinis yang berarti (Manuaba, IBG, 1999 ; 192). Motivasi atau dukungan informatif, emosional, penghargaan dan instrumental merupakan cara mengatasi gangguan psikologis pada ibu yang mengalami menopause (Nisa, 2007).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10-13 Maret di Desa Wonosari Wilayah Kerja Puskesmas Pagu Kabupaten Kediri dari 1843 jumlah penduduk wanita didapatkan 569 wanita usia 40-60 tahun dan 164 orang diantaranya sudah menopause, kemudian dilakukan wawancara dengan 10 orang dari jumlah tersebut tentang keadaannya sekarang dalam menjalani masa tua. Diantara 10 orang, 7 orang mengatakan mendapatkan dukungan dari keluarganya sehingga mereka merasa baik – baik saja dalam menjalani masa tuanya, 3 orang lainnya mengatakan kurang baik karena mereka harus menjalani kehidupannya sendiri dan memenuhi kebutuhan hidupnya seorang diri. Dari data tersebut peneliti ingin mengetahui adakah hubungan motivasi intrinsik dan ekstrinsik terhadap keadaan psikologi ibu menopause di Desa Wonosari Wilayah Kerja Puskesmas Pagu Kabupaten Kediri.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 126
0 comments:
Posting Komentar