BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil. (Farrer, Helen.
1999 : 225). Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester empat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses-proses dalam kehamilan berjalan terbalik. (Jensen, Bobak, Lawdermilk. 2004 : 492).
Ketika memasuki masa nifas, atau lebih tepatnya setelah lahirnya plasenta, dapat terjadi gangguan atau kelainan patologis dalam bentuk perdarahan postpartum.(Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998 :295)
Perdarahan postpartum merupakan penyebab utama morbiditas maternal. (Jensen, Bobak, Lawdermilk. 2004 : 663). Di berbagai negara, paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan. Proporsinya berkisar antara kurang dari 10 % sampai hampir 60%. Kematian maternal di Indonesia termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara. Dan kematian maternal tersebut lebih banyak terjadi setelah persalinan, tepatnya dalam 24 jam pertama postpartum yang penyebab utamanya adalah perdarahan.(Rukmini, LK Wiludjeng. 2007). Disamping menyebabkan kematian, perdarahan postpartum memperbesar kemungkinan
Kematian ibu yang disebabkan perdarahan postpartum , 17 % adalah pada ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya dibandingkan dengan 44 % dari ibu yang telah melahirkan empat kali atau lebih. (Royston, Erica. 2001 : 82). Lebih tinggi paritas lebih tinggi angka kematian maternal. Ibu-ibu dengan kehamilan lebih dari satu kali atau yang termasuk multipara mempunyai resiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan pascapersalinan dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan primipara. (http://fkunsri-wordpress.com. 2007)
Perdarahan pascapartum dapat terjadi tiba-tiba dan bahkan sangat masif. Perdarahan sedang tetapi menetap dapat berlanjut selama beberapa hari atau minggu. Perdarahan postpartum dapat terjadi dini atau lambat. (Jensen, Bobak, Lawdermilk. 2004 : 664).
Perdarahan postpartum dini atau primer dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan yang merupakan kehilangan 500ml darah atau lebih. (Jensen, Bobak, Lawdermilk. 2004 : 664). Perdarahan postpartum primer sungguh lebih mengancam jiwa.(Chalic, TMA. 1998 : 185). Lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. (http://www.path.org.2002)
Data yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Surabaya, bahwa dari 5 Rumah Sakit (RSUD Pesisir Selatan, RSUD Padang Pariaman, RSUD Sikka, RSUD Larantuka dan RSUD Serang) didapatkan sebesar 83,3% kematian Ibu terjadi setelah melahirkan dan terbanyak terjadi pada 24 jam pertama pascapersalinan. Dari studi kasus tersebut menunjukkan kematian Ibu paling banyak dipengaruhi oleh salah satu faktor reproduksi yaitu paritas. (Rukmini, LK Wiludjeng. 2007)
Berdasarkan laporan analisa data KIA Dinkes Propinsi Jawa Timur tahun 2005, penyebab kematian Ibu terbanyak adalah karena perdarahan dan terbanyak adalah karena perdarahan postpartum yaitu sebesar 60%. Dan sebagian besar perdarahan postpartum (75%) terjadi pada 24 jam pertama pascapersalinan yang salah satu faktor pemicunya adalah paritas yang tinggi. (Retnasih, Nenny. 2003)
Menurut Rekap Kajian Data Kematian Ibu Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri tahun 2007, kematian maternal karena perdarahan postpartum mengambil bagian terbesar dari seluruh penyebab kematian maternal di Kabupaten Kediri.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kamar Bersalin RSUD Gambiran Kediri tanggal 1 Januari – 28 Februari 2008 didapatkan bahwa jumlah total pasien yang mengalami perdarahan postpartum primer sebanyak 3 orang. 1 orang primipara dan 2 orang multipara.
Dari beberapa pernyataan yang terdiskripsi pada latar belakang, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan postpartum primer di Kamar Bersalin RSUD Gambiran Kota Kediri periode 1 Januari – 31 Desember 2007.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan No 131
0 comments:
Posting Komentar