BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menopause bukanlah peristiwa yang terjadi secara mendadak. Ia merupakan proses yang berlangsung lama. Artinya, meskipun seorang perempuan mengalami haid yang berhenti sama sekali pada usia 50 tahun misalnya, ia mungkin sudah merasa bahwa siklus haidnya mulai berubah sejak ia berusia 40 tahun. Menstruasi itu benar–benar tidak datang lagi rata– rata seorang perempuan mencapai umur 50 tahun (dengan rentang antara 48 dan 52 tahun). Secara medis seorang perempuan akan dinyatakan sebagai “telah mengalami menopause“ jika selama setahun tidak pernah sama sekali haid lagi (Titi Irawati, 2007). Berhentinya siklus menstruasi dirasakan sebagai hilangnya sifat inti kewanitaannya karena sudah tidak dapat melahirkan anak lagi. Akibat lebih jauh adalah timbulnya perasaan tak berharga, tidak berarti dalam hidup sehingga muncul rasa khawatir akan adanya kemungkinan bahwa orang- orang yang dicintainya berpaling dan meninggalkannya. Perasaan itulah yang sering kali dirasakan wanita pada masa menopause, sehingga sering menimbulkan kecemasan (Admin Setyo P, 2008). Menurut Fajar (2003), tidak ada angka pasti wanita menopause di Indonesia, tetapi diperkirakan sekitar 10% dari jumlah wanita. (Ika, 2003). Menurut Kartono (1992) perubahan psikis yang terjadi pada masa menopause dapat menimbulkan sikap yang berbeda-beda, diantaranya yaitu adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam simptom-simptom psikologis seperti depresi, mudah tersinggung, mudah menjadi marah, mudah curiga, diliputi banyak kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur, karena sangat bingung dan gelisah (Admin Setyo P, 2008).Lebih kurang 70% wanita peri dan pascamenopause mengalami keluhan vasomotorik, depresif, dan keluhan psikis dan somatik lainnya. Berat atau ringannya keluhan berbeda-beda pada setiap wanita. Keluhan-keluhan tersebut mencapai puncaknya sebelum dan sesudah menopause, dan dengan meningkatnya usia, keluhan-keluhan tersebut makin jarang ditemukan. (Ali, 2003). Berbagai cara penanganan dan pencegahan pada keluhan yang timbul pada menopause seperti pengaturan makanan, olah raga yang cukup, pemberian terapi hormon pengganti dan pengelolaan diri akan memberikan warna baru bagi seorang wanita dalam menjalankan kehidupannya. Dewasa ini pengelolaan diri sangatlah penting dalam pencapaian proses penyembuhan. Bentuk pengelolaan diri ini dapat ditempuh dengan banyak cara seperti berdoa, meditasi kesehatan dan yoga, termasuk di dalamnya adalah dengan menggunakan metode hipnosis/hipnoterapi (Stephanus P Nurdin, 2006). Menurut Stepanus, dokter dari RSIA Budhi Jaya Jakarta Selatan (2006), perempuan menopause dapat menjalani hipno-menopause terapi. Metode hipnoterapi modern dengan orientasi kepada pasien ini bertujuan membuka kesadaran klien untuk mengetahui masalah utama sebagai dampak menopause dan membantu untuk menyembuhkan atau menyelesaikan masalahnya oleh dirinya sendiri. Pasien jadi merasa lebih nyaman dan dapat menerima kondisinya, lebih percaya diri, sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari (Evy Rachmawati, 2006).
Dari hasil studi pendahuluan di Desa Pakunden Wilayah Kerja Puskesmas Pesantren II Pesantren pada tanggal 15 April 2008 didapatkan jumlah wanita menopause yang datang saat posyandu lansia sebanyak 19 orang dan 7 diantaranya memperhatikan perubahan penampilan pada dirinya. Perubahan penampilan itu sendiri merupakan faktor penyebab kecemasan. Dari data di atas, peneliti ingin mengetahui adakah perbedaan tingkat kecemasan pada wanita menopause sebelum dan sesudah hipnoterapi di Desa Pakunden Wilayah Kerja Puskesmas Pesantren II Pesantren Kota Kediri.
Kunjungi : Download KTI Kebidanan dan Keperawatan N0 132
0 comments:
Posting Komentar